Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Bumi Cinta




By: Inten Mustika Kusumaningtias
Diolah dari Jurnal Ilmiah Mahasiwa Raushan Fikr


Era global dan modern memposisikan Barat sebagai kiblat peradaban. Ketidaksiapan mental mengahadapi era global dan modern membuat manusia berpikir kerdil. Akibatnya masyarakat latah terhadap budaya Barat. Semua yang datang dari barat diterima dengan tangan terbuka tanpa filterisasi yang kemudian menjadi gaya hidup di masyarakat.  Free sex adalah salah satu budaya Barat yang sedang tend di kalangan remaja.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mencatat hasil survey tahun 2010 menunjukan, 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. Sedang hasil survey untuk beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja, misalnya di Surabaya 54%, di Bandung 47%, dan 52% di Medan, hasil penelitian di Yogjakarta, dari 1.160 mahasiswi, sekitar 37% mengalami kehamilan sebelum nikah. Estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4 juta jiwa, 800 ribu diantaranya terjadi dikalangan remaja.[i]

Beberapa upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya degredasi moral akibat terkikisnya nilai budaya dan kearifan lokal, utamanya melalui pendidikan. Pendidikan dianggap mampu untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi. Pendidikan yang dikembangkan berusaha memadukan antara ilmu dan nilai agar output pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan tidak melulu berada di bangku sekolah melainkan bisa dimana saja dengan memanfaatkan apa saja. Dalam Islam segala sesuatu yang ada di alam semesta mengandung nilai pendidikan. Pendidikan Islam bisa diakses melalui apa saja termasuk budaya.  Pendidikan Islam dengan menggunakan budaya sangat diperlukan sebagai bagian dari pembentukan jati diri muslim lewat lingkungan dengan simbol-simbol edukatif-religius yang dimilikinya. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan profetik yang memiliki tiga unsur, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.[ii]

Kebudayaan profetik merupakan cikal bakal lahirnya pendidikan profetik yang mempunyai tujuan utama menciptakan umat terbaik (khairu ummah) dengan tiga pilar pokok yang merupakan reinterpretasi dari Q.S Ali ‘Imran ayat 110

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ

 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Pendidikan profetik dengan pilar humanisasi (menyeru kebaikan), liberasi (mencegah kemungkaran), dan beriman kepada Allah diharapkan mampu mengatasi dekadensi moral salah satunya dengan cara berdialog baik dengan kebudayaan. Kebudayaan yang ada dalam masyarakat dapat ditemukan diantaranya dalam karya sastra yang dihasilkan oleh penulis.[iii] Karya sastra adalah sarana terbaik untuk menganalisis semangat dan intelek suatu bangsa dan citra-citra yang diwariskan.[iv] Melalui karya sastra kebudayaan profetik mampu diserap dengan baik oleh masyarakat.

Beberapa novel bergenre religi yang didedikasikan untuk membangun jiwa dinilai telah berhasil. Fakta menunjukkan novel-novel bergenre religi mampu menjadi novel best seller di Tanah Air dan mancanegara, bahkan beberapa telah diadaptasi ke layar lebar. Novel buah karya Terre Liye, A.Fuadi, dan  Habiburrahman El Shirazy, merupakan novel-novel yang lahir di era milenium dengan predikat best seller, most favorite book, meraih  berbagai penghargaan sekaligus menempat pada hati pembacanya. Kepiawaian penulis membuat novel tersebut benar-benar hidup dan menyentuh ranah afektif kemudian mempengaruhi gerak laku pembaca. Dalam hal demikian novel dapat berperan sebagai guru bagi para pembacanya dan pembaca bisa mengambil pelajaran secaara otonom dan mandiri. Pemanfaatan novel sebagai salah satu media pembelajaran pendidikan profetik sebagai pendukung tradisi baca diharapkan bisa mendukung mewujudkan manusia ideal (khairu ummah) sebagai output pendidikan.

Bertolak dari hal di atas, penulis tertarik untuk mengungkapkan nilai-nilai dalam novel Bumi Cinta karya Habibburrahma El Shirazy ketertarikan penulis diantaranya karena, Pertama, novel tersebut merupakan adikarya  novelis muda Indonesia yang tidak diragukan kualitasnya. Kedalaman ilmu penulis menghasilkkan novel yang kaya akan ilmu. Seluruh karya-karya Habiburrahman bernilai dakwah dan mempunyai referensi sebagai penguat argumen yang terselip dalam novelnya. Penggunaan Ayat Al Qur’an yang tidak pernah absen sebagai salah satu ciri dari karyanya.

Karya-karya Habiburrahman secara keseluruhan merupakan karya yang mempunyai spirit out of the box dalam kaitannya dengan masalah kemanusiaan (krisis moral). Ketika hampir semua karya sastra berkutat dengan kehidupan modern yang hedonis, materialistik dan krisis moral. Habiburrahman tampil dengan karya yang melawan arus. Karya Habiburrahman lahir dengan jalinan kehidupan yang damai. Para tokoh hidup dengan manusiawi (bebas dari belenggu kebendaan). Kondisi moral yang terjalin sebagai akibat dari interaksi para tokoh yang berakhlak karimah membuahkan masyarakat madani yang lama didambakan oleh bangsa. Sosok utama diutus untuk menjalankan peran sebagai manusia yang nyaris sempurna.

Kedua, novel Bumi Cinta merupakan hasil tadabur Habiburrahman terhadap ayat Al Qur’an Q.S Al Anfal ayat 45-47.[v] Kandungan ayat tersebut memerintahkan hamba untuk memerangi musuh Islam tanpa gentar. Pada era sekarang musuh terbesar Islam adalah penurunan kualitas generasi dan krisis moral yang menyerang umat Islam hampir merata di seluruh dunia. Akibatnya, banyak kaum muslim yang lupa akan identitasnya.

Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menghentikan atau setidaknya meminimalisir dekadensi moral adalah mengembalikan umat kepada kesadaran keIslamannya. Salah satu bentuk penyadaran yang digunakan oleh Habiburahman ialah melalui karya sastra khususnya novel (baca; Bumi Cinta).

Memerangi musuh dalam novel Bumi Cinta digambarkan dengan menyelamatkan diri dari “musuh iman” era moderen yang berbentuk free sex, pergaulan bebas, porno aksi dan lain sebagainya dengan berpegang teguh pada aturan Allah dan Rosulnya. Hal demikian menurut penulis sangat relevan dengan zaman dan tantangan yang sedang dihadapi oleh generasi muda. Diharapkan novel ini mampu menjadi rujukan bagi perbaikan moral yang tengah mengalami krisis.

Ketiga, dalam novel ini terdapat pilar-pilar pendidikan profetik, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi, mempertahankan aqidah, seruan untuk beriman, pembebasan terhadap penindasan dan perlakuan yang baik terhadap makhluq Allah tertera jelas dalam novel ini. Sehingga menurut hemat penulis novel ini memiliki relevansi yang tinggi dan mendukung kajian teori pendidikan profetik yang penulis lakukan.

Gagasan segar yang menyeru kepada kebaikan dengan berlandas kepada Kalamullah dan hadis rosul menjadikan karya tersebut (baca: Bumi Cinta) menjadi “oase” di tengah “gurun” amoral. Perjalanan tokoh utama, Mohammad Ayyas sebagai santri salaf metropolis mengharuskan ia memperjuangkan agama Allah di negeri paling menjunjung kebebasan, negeri Atheis, Rusia.

Novel Bumi Cinta ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap dampak modernitas yang memproduksi manusia-manusia jahiliyyah di era millennium. Oleh karenanya novel Bumi Cinta hadir sebagai salah satu rujukan untuk bisa survive dengan keislaman yang kaffah sekalipun berada di era krisis moral. Pesan luhur dalam novel yang paling kuat ditampilkan sebagai seruan untuk tetap bersujud dan menghamba dengan penghambaan paripurna di bumi Allah. penghambaan yang dilakukan tidak saja secara vertika tetapi juga horizontal. Oleh karenanya tercipta keseimbangan antara sholih ritual dan sholih sosial.

Berdasarkan  hal-hal  tersebut maka penelitian ini ingin mengungkapkan suatu ide yang dianggap penting yang berkaitan dengan pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang memiliki karakter hidup berdimensi transendensi yang kuat dan stabil untuk mampu mewujudkan kehidupan yang ideal yang terdapat dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Nilai-nilai pendidikan profetik yang ada dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy kemudian penulis gunakan untuk menganalisis kehidupan masyarakat untuk diketahui relevansinya.




Endnotes

[i] Mohammad Irsyad, Fiqih Jatuh Cinta, (Yogyakarta: Irsyadul Fikr, 2001), hlm. Vi-Vii.
[ii] Moh. Roqib, Prophetic Education; Kontektualisasi Filsafat dan Budaya Profetik dalam Pendidikan, (Purwokerto; STAIN Press, 2011), hlm 10.
[iii] Moh. Roqib, Prophetic Education…………… hlm 12.
[iv] Ja’far Subhani, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: Lentera, 2006), hlm. 21.
[v] Habiburrahman El Shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta: Ihwah Publishing House, 2011), hlm. 5.

Post a Comment for "Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Bumi Cinta"