Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mbah Daldiri Banyumas, Sosok Uwais al-Qarny Abad 21

Foto by: Mukhamad Agus


Jotako7, Banyumas – Kehidupan yang sederhana dan jauh dari hingar bingar zaman edan saat ini merupakan sebuah hal sulit dibuktikan. Namun siapa sangka, di kala zaman mulai berubah dan budaya mulai beralih ke barat-baratan, terdapat sosok sederhana yang bisa istiqomah dalam kesederhanaan.

Beliau adalah Mbah Daldiri, sosok yang justeru dikenal terlebih dahulu oleh orang-orang nan jauh disana, sementara warga sekitar hanya mengenal beliau sebagai orang biasa-biasa saja. Berawal dari pesan seorang Kiai*, yang menyarankan bahwa “disana, daerah sana ada sosok tua yang kamu harus merawatnya.” Pesan sang Kiyai. Sejak saat itulah kini tempat tinggal Mbah Daldiri mulai banyak didatangi tamu2 tak diundang.

Tersebutlah daerah tersebut adalah desa Singasari Karang Lewas kabupaten Banyumas. Rute yang dapat ditempuh adalah dari arah Balai benih ikan Singasari terus menanjak ke arah barat hingga sampai pada sebuah Papringan (rumpun pohon bambu), belok ke utara dan naik.

Siapa sangka, sosok yang terlihat biasa-biasa saja itu justeru sosok yang memiliki keistimewaan. Begitu disegani oleh para alim ulama, dan hingga akhirnya para santri pun ikut sowan/bersilaturahmi ke kediaman Mbah Daldiri. Dan ternyata rumah yang saat ini dihuni adalah rumah keponakannya. 

Mbah Daldiri kini berusia 94 tahun. Dulu adalah tukang becak dan hidup ala kadarnya dengan penuh kesederhanaan dan kesahajaan. Sulit dipercaya bagi orang yang tidak percaya, namun akan sangat terlihat bagi orang yang mengetahui dan mempercayainya.

Bila kita menengok pada sejarah, sosok Mbah Daldiri tak ubahnya Uwais al-Qarny yang hidup pada abad 21. Dahulu uwais al-Qarny begitu dalam merindukan bertemu dengan Rasulullah. Meski hidup pada zaman Rasulullah Muhammad Saw. Uwais yang berasal dari nergeri Yaman tsb.  tidak bisa bertemu secara fisik dengan baginda rasul karena menjaga ibunya yang sakit.

Pernah suatu ketika saat Uwais diberi izin oleh ibunya untuk pergi ke Madinah untuk bertemu Rasulullah. Namun sang ibu berpesan untuk segera kembali ke Yaman untuk merawat ibunya tsb. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Uwais. Jarak ber mil-mil ia tempuh walau sengatan panas terik matahari di gurun membakar kulitnya. Nahas, fisik tubuh Uwais tak mampu melanjutkan perjalanannya ke madinah. Uwais tak sadarkan diri, hingga saat ia sadar sudah di Masjidil Haram.

Luar biasa perjuangannya, namun demikian saat itu baginda Rasulullah sedang dalam perjalanan luar kota untuk mengatur strategi perang. Sudah ditunggu namun rasul tak pulang-pulang hingga ia teringat pesan ibunya agar segera pulang. Demi bakti pada sang Ibu, Uwais pulang ke Yaman tanpa bertemu rasulullah.

Singkat cerita, begitu Rasulullah tahu kabar kedatangan seseorang dari Yaman tersebut. Rasulullah berkata: Dia Adalah saudaraku, Uwais Al-Qarny. Semoga keberkahan senantiasa pada Uwais al-Qarny, pemuda asal negeri Yaman.

Cerita Uwais sesaat langsung menjadi trending topik di kalangan penduduk Langit, hingga ketenaran Uwais al-qarny pun diketahui oleh Khalayak. Namun Uwais lebih memilih dicintai oleh Allah dibanding dicintai oleh manusia yang bisa melupakan pada sang pencipta. Sejak saat itu, uwais susah dicari oleh orang lain, namun akan hadir kala tidak diundang, saat muncul tidak disertai dengan kegembiraan, saat sakit tidak sijenguk, dan saat meninggal tidak dihadiri proses pemakamannya.

Cerita Uwais tersebut mirip seperti kisahnya Mbah Daldiri abad 21. Meskipun beda dan tidak sama, setidaknya beliau adalah sosok yang lebih dikenal oleh penduduk langit dan sedikit dikenal oleh masyarakat awam.

Oleh karena itu, selagi masih sugeng (hidup), upayakan bertemu dengan para kekasih Allah tersebut. Mencintainya berarti mencintai Rasulullah, mencintainya juga berarti mencintai sang pemilik Alam Raya ini, Allah SWT.

Semoga bermanfaat.
Apabila terdapat kesalahan, ini bukan faktor kesengajaan, ini salah saya, mohon diluruskan.

Salam Jotako7
Journal Of trust And Kaleidoscopic Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane

Post a Comment for "Mbah Daldiri Banyumas, Sosok Uwais al-Qarny Abad 21"