Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

IIBF: Tanamkan Mental Kaya Untuk Indonesia



By: Ibnu Kharis

1.1  Latar Belakang Masalah

Pada bulan agustus 1945 sebuah negara di asia memulai sejarah barunya di kancah internasional, jepang memulai membangun negaranya setelah luluh lantah oleh bom atum negara sekutu di nagasaki dan hirosima. Banyak yang menduga bom itu menandai berakhirnya episode kehadirannya dimata dunia. Diwaktu yang sama Indonesia yang sedang dijajah oleh bangsa lain selama beratus-ratus tahun justeru mengalami puncak kegemilangan, terlepas dari penjajahan dengan memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945.[1] 60 tahun kemudian ternyata jepang  mampu tampil sebagai kekuatan dunia menguasai ekonomi melalui teknologi dan manufacturing-nya. Berbagai produk jepang merambah seantereo dunia dan menjadikan jepang muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia, sebagaimana mimpi yang ingin diraih oleh bangsa ini.

Bagaimana dengan kondisi negara indonesia? Dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah belum mampu menolong bangsa ini keluar dari ketepurukan, kekayaan alam yang kaya-raya itu ternyata juga belum mampu mengantarkan bangsa ini meraih kejayaan. Mengapa banyak negara-negara asing mampu berhasil meraih kejayaannya, sementara indonesia masih terpuruk? Sektor swasta pada skenario ekonomi dunia pada saat ini sangat menentukan faktor maju atau tidaknya sebuah bangsa. Sektor swasta yang kuat akan menjadikan bangsa ini kuat, begitupun sebaliknya sektor swasta yang lemah akan menjadikan bangsa ini lemah pula.[2]

Pemikiran itulah yang menjadikan inspirasi terbentuknya forum IIBF. Sebuah gerakan  untuk memajukan para pengusaha di indonesia. IIBF berdiri dan dipelopori oleh para pengusaha di indonesia, saat ini diketuai oleh Ir. H. Hepy Trenggono, M. Kom pendiri sekaligus CEO United Bali Muda Group, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan konsumer food.[3]

Tujuan didirikannya forum pengusaha muslim indonesia (IIBF) ini berguna membantu para pengusaha dalam menghadapi dan memecahkan tantangan usaha mereka. IIBF dijadikan untuk tambahan energi bagi para pengusaha di Indonesia dalam membangun bisnis dan usaha mereka.IIBF mendorong pengusaha untuk percaya diri dalam menjalankan dan mengembangkan produk usahanya apalagi di era bebas saat ini dan yang mendatang.

Era  bebas  telah  menimbulkan  persaingan antara produk-produk nasional dengan produk-produk dari negara maju. Ketidaksiapan dalam penguasaan  dan  pengembangan  teknologi produksi menjadi  bumerang bagi  kita. Produk kita  menjadi  lemah  untuk  bersaing  dan menghambat ekspor produk nasional ke pasar dunia,  sehingga  memperkecil  peluang  untuk memperoleh devisa.

Tiga hal terkait tanda-tanda bahaya dunia pasar Indonesia yang dianggap menjadi sumber keterpurukan ekonomi. Pertama, Pasar yang tidak kuat. Indonesia sebagai Negara yang memiliki potensi konsumsi yang begitu besar, tetapi mayoritas barang konsumsi adalah produk asing. Kedua, ketidak mampuan pemerintah mengendalikan masuknya produk asaing membuat tingginya angka kebangkrutan pengusaha lokal.Ketiga, tingginya angka kebangkrutan tersebut berakibat pada rendahnya jumlah entrepreneur di Indonesia.[4]

Kondisi indonesia yang sudah 68 tahun merdeka, ternyata tidak menjamin kesejahteraan di semua aspek merata. Justeru ratapan kemiskinan dan keluhan rakyat semakin terdengar jelas. Jumlah kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan semakin menjadi beban pemerintah. Data perkembangan kemiskinan terbaru, yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan ini (2 Januari) menyebutkan, jumlah penduduk miskin pada bulan September 2013 mencapai  28,55 juta orang atau sekitar 11,47 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 0,48 juta orang bila dibandingkan dengan kondisi pada bulan Maret tahun 2013.[5]

Kenaikan jumlah penduduk miskin yang diwartakan BPS ini nampaknya semakin mempertegas, target tingkat kemiskinan sebesar 8-10 persen pada tahun ini, sebagaimana telah dicanangkan dalam Rencana Pembagunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014 hampir dipastikan bakal gagal direngkuh. Ini tentu sangat disayangkan karena, anggaran yang telah dihabiskan pemerintah untuk berbagai program penanggulangan kemisikanan sepanjang tahun 2013 sudah mencapai 100 triliun lebih.[6]

Kondisi Indonesia yang masih seperti ini, yang tidak kemana-mana, ini adalah karena yang kita bangun adalah merek, bukan pembangunan karakter. Ini sangat berbahaya bagi indonesia kalau tetap melakukan pembangunan merek dan melalaikan pembangunan karakter. Sebagai contoh, ketika belanja apakah kita berfikir ini adalah produk indonesia atau produk asing? Kita juga tidak punya keyakinan bahwa ekonomi Indonesia ditentukan oleh produk Indonesia sendiri, bukan produk asing. Nilai juga begitu, dulu Indonesia merdeka karena ada nilai yang dibela, yaitu Merdeka. Hari ini apa yang dibela? tidak ada. Kenapa di Indonesia semua tambang energi itu tidak ada yang milik Indonesia? karena tidak jelas apa yang dibela.[7]

Berbagai realita dan fakta itulah yang mengantarkan peneliti untuk menganalisa tentang The Rich Nation Mentality di IIBF mengenai gerakan Beli Indonesia dan cetak 1 juta pengusaha kuat di tahun 2020.

1.2  Rumusan Masalah
       Bagaimana peran IIBF dalam Penciptaan Wirausaha sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia?
   Bagaimana analisis SWOT IIBF dalam Penciptaan Wirausaha sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia?





TELAAH PUSTAKA

2.1 Trend Kemiskinan dan Pengangguran Indonesia

Tingkat kemiskinan per provinsi di Indonesia pada tahun 2012 secara umum mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, baik dari sisi jumlah penduduk miskin maupun tingkat kemiskinannya Walaupun masih ada beberapa daerah yang belum dapat mencapai target nasional, namun hampir semua provinsi menunjukkan prestasi dalam menurunkan angka kemiskinannya.

Secara geografis, konsentrasi jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 berada di wilayah Jawa, terutama di Jawa Barat (4,4 juta jiwa), Jawa Tengah (4,9 juta jiwa) dan Jawa Timur (5,0 juta jiwa). Diluar ketiga provinsi tersebut masih terdapat provinsi-provinsi lain dengan jumlah penduduk miskin lebih  dari 1 juta orang, yaitu di Provinsi Sumatera Utara (1,4 juta jiwa), Sumatera Selatan (1,0 juta jiwa), Lampung (1,2 juta jiwa) dan Nusa Tenggara Timur (1,0 juta jiwa).[8] 

Berdasarkan tingkat kemiskinannya, Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur  adalah provinsi yang masih memiliki angka kemiskinan terbesar, yaitu masing-masing 30,7 persen; 27,0 persen; 20,8 persen dan 20,4 persen. Namun demikian, angka kemiskinan ini lebih kecil dari tahun 2011 yang masing-masing mencapai 32,0 persen; 31,9 persen; 23 persen; dan 21,2 persen. Sementara itu, beberapa daerah yang tingkat kemiskinannya rendah adalah DKI Jakarta (3,7 persen), Bali (3,9 persen), Kalimantan Selatan (5,0 persen) dan Bangka Belitung (5,4 persen).[9]

Pemerintah melakukan perbaikan kemiskinan dengan program-programnya seperti: beras untuk rakyat miskin (Raskin), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), bantuan langsung tunai (BLT), bantuan opersional sekolah (BOS),  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Perkotaan dan Perdesaan, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan lain-lain. Selain itu, beberapa provinsi juga aktif mengembangkan berbagai program untuk mengurangi  tingkat kemiskinan, seperti menjaga harga gabah dan komoditas lainnya untuk memotivasi petani, menjaga pasokan berbagai komoditas untuk menjaga harga melalui perbaikan transportasi angkut sembako, Beguwai Jejamo Wawai, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, serta Klinik Pertanian Keliling.[10]

Menurut hemat peneliti, kemiskinan Indonesia pada saat ini telah menjadi trend yang sudah masuk pada mental dan karakter sebagian rakyat Indonesia. Kita bisa baca beberapa aspek kehidupan yang kerap dibumbui dengan nada miskin, program pemerintah ketika akan menaikan harga BBM tahun 2013 mereka mengucurkan BLSM, dan sasaran program BLSM adalah 15,5 juta Rumah Tangga, atau 25 % Rumah Tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah yang terdapat dalam Basis Data Terpadu ( BDT) hasil PPLS 2011,[11] dan sebagaimana data di atas seperti beras miskin (Raskin), BLT dll, Sementara bagi mahasiswa atau pelajar sering dikucurkannya Beasiswa miskin, dan ternyata pendaftar beasiswa miskin sangatlah besar sehingga harus melewati seleksi. Dan hal itu di adakan setiap semester ternyata masih membeludak pula pendaftarnya. Inilah salah satu mental miskin.

Kemiskinan kini telah menjadi titik terlemah sistem pertahanan Indonesia. Karena miskin kita tidak bisa membeli peralatan system senjata tentara kita. Juga tidak bisa menggaji para tentara dan polisi kita dengan layak. Miskin pula yang menyebabkan bertebarnya anak-anak bangsa mencari makan di negeri orang. Karena alasan miskin pula kita tidak bisa membela mereka ketika harkat mereka diinjak, martabat mereka dihina dan kehormatan mereka direnggut,” kata Presiden IIBF, Heppy Trenggono. Maka untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini ke depan menurut Heppy adalah membangkitkan spirit penggerak pembangun bangsa ini. Heppy menyebut spirit  itu adalah Entrepreneurship.[12]

2.2  Tinjauan Umum Entrepreneurship

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada  Agustus  2013  mencapai 6,25  persen, mengalami peningkatan  dibanding TPT  Februari  2013 sebesar 5,92  persen dan TPT Agustus  2012 sebesar 6,14 persen.[13] Setiap tahun  pengangguran ini tetap menjadi permasalahan yang harus dicarikan penyelesaiannya. Belum lagi kalau ditambah dengan jumlah pekerja yang tidak penuh (setengah menganggur dan paruh waktu) yang jumlahnya mencapai 36,81% dari jumlah angkatan kerja.[14]

Kondisi tersebut di atas didukung pula oleh kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi cenderung lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini kemungkinan disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini masih  terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan pekerjaan. Disamping itu, aktivitas kewirausahaan  (entrepreneurial  activity)  yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin tinggi indek  Entrepreneurial  activity  maka semakin tinggi Entrepreneurship level suatu negara.[15]

Istilah wirausaha adalah padanan kata dari istilah asing entrepreneurship. Entrepreneur maknanya kurang lebih sama dengan Organizer. Wirausahawan bisa di katakan sebagai anyyone who bought and sold at uncertain price.[16] Pada tahun 1776, adam smith (bapak ilmu ekonomi) dalam bukunya An Inquiry Into The Nature And The Wealth Of Nation, menggambarkan Entrepreneur adalah individu yang menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan-tujuan komersial, menurut beliau Entrepreneur adalah orang yang mampu melihat pandangan kedepan hingga ia berkemampuan untuk mendeteksi permintaan potensial akan barang dan jasa tertentu, mereka adalh Economic Agents yang mentransformasikan permintaan menjadi penawaran.[17]

Kewirausahaan  dimaknai sebagai  semangat, sikap  dan  perilaku  atau kemampuan seseorang dalam  melihat peluang,  menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan  juga merupakan  suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai risiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan.  Kewirausahaan itu dapat dipelajari walaupun ada juga orang-orang tertentu yang mempunyai bakat dalam hal kewirausahaan.[18] Ada tiga tahapan dalam perkembangan teori kewirausahaan:[19]

1.  Teori yang mengutamakan Peluang Usaha. Teori ini disebut teori Ekonomi, yaitu perilaku wirausaha akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi.
2.  Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang yaitu: 
a. Teori Sosiologi  mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha, dan
b. Teori psikologi  mencoba menjawab  karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha dan bukan wirausaha  dan karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak berhasil
c. Teori yang mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya.  Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wirausaha. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena kewirausahaan pilihan kerja dan pilihan karir.

Dari ketiga teori diatas, mitos/kepercayaan bahwa “Orang Indonesia itu tidak dapat menjadi wirausaha dan  tidak dapat menjadi manajer” dapat diruntuhkan, karena semua kegiatan dapat dipelajari, dilatihkan, dan dapat dikuasai. 

Menurut David McClelland, untuk menjadi negara yang makmur, suatu negara harus memiliki minimum dua persen Entrepreneur dari total penduduknya. Jadi, di Indonesia, mestinya minimal ada 4,75 juta wirausaha," kata ASISTEN Deputi Urusan Kewirausahaan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkop UKM  di Jakarta.[20] Indonesia pada tahun 2013 menargetkan rasio jumlah wirausaha per penduduk Indonesia mencapai 2,5 persen atau sebanyak 6.128.655 orang. Target ini lebih tinggi dari rasio wirausaha 2011 yaitu 1,56 persen atau sekitar 3.707.205 orang; bandingkan dengan Malaysia empat persen (1.154.400), Singapura 7,2 persen (3.732.480) , dan Amerika Serikat 11%.[21]

Hal ini menandakan semangat dan dukungan berbagai pihak dalam bidang Entrepreneure/wirausaha sangatlah bagus dan antusias, sebagaimana yang telah dilakukan pemerintah dengan program-programnya seperti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Tahun 2013 yang dilakukan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, selain itu ada GKN (Gerakan Kewirausahaan Nasional) yang diresmikan presiden Susilo Bambang yudhoyono pada bulan februari 2011,[22] LPKM (Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda) yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 12 September 2013, dan diundangkan pada hari yang sama oleh Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin,[23] 

Ada lagi PKM (Program Kewirausahaan Mahasiswa) yang dicanangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, KEMENDIKBUD.[24] Sementara dari pihak swasta banyak sekali bermunculan komunitas-komunitas pengusaha ataupun yang sejenisnya seperti, KPMI, IIBF, MES Raya, dll. Hal ini merupakan effort yang positif dan perlu sustainable demi masa depan negara Indonesia.

2.3  Mentalitas Kaya di  IIBF

Forum Pengusaha Muslim Indonesia (IIBF), yang mana nama ini merupakan usulan (mantan–Red) karyawan Republika bernama Joko Santoso, ternyata sumbangsih terhadap bangsa dan negara ini sangatlah besar terutama dalam masalah karakter atau mentalitas. 

Karakter menurut Muchlas Samani & Hariyanto[25] yaitu nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat[26]

Sedangkan mentalitas berasal dari kata mental yang artinya bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yg bukan bersifat badan atau tenaga. Dan arti mentalitas adalah keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir, dan berperasaan.[27]

Didalam sebuah wawancara penulis dengan Ust. Arif A Syamil, LC seorang pengurus IIBF daerah Banjarnegara mengatakan;

“Orang kalau mentalnya kaya dia akan kaya, dan orang yang mentalnya miskin maka dia akan miskin, maka bangsa ini juga haruslah bermental kaya. Sayangnya dinegara kita ini kebanyakan orang pada bermental miskin. Masalah kekayaan bukan masalah kondisi akan tetapi masalah mentalitas. Orang bermental kaya akan mudah membangun sebuah kekayaan, sedangkan orang yang bermental miskin ia akan mudah untuk miskin. Bedanya adalah orang yang bermental kaya fokusnya adalah investasi sedang mental miskin fokusnya pada konsumsi, orang kaya senang melayani sedangkan mental miskin senang dilayani, mental kaya hidupnya sederhana sedangkan mental miskin itu life style. IIBF mengartikan kekayaan dengan begini: Lebih baik kaya beneran dari pada kelihatan kaya, lebih baik alim beneran dari pada kelihatan alim dst.”[28]

Untuk membangun mentalitas kaya, IIBF menggunakan program pengajian bisnis, leaders forum, lingkaran inspirasi dll. sebagaimana yang dicantumkan dalam buku 4 Diciplines To Succes, disiplin merupakan karakter, habit, dan behaviour insan IIBF. Disiplin adalah milik prbadi yang berkarakter unggul, karena kualitas hidup sesorang ditentukan oleh karakternya, mentalitasnya. Mentalitas unggul akan menjamin seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas.

Empat disiplin sukses merupakan mentalitas kaya yang mencakup disiplin diri, disiplin muslim, disiplin bisnis, dan disiplin keuangan. Dimana mentalitas kaya sangat tergambar jelas pada poin 4 (disiplin keuangan) yaitu dengan:

1.      Bersedekah minimal 10 % dari penghasilan.[29]
Allah Swt berfirman:
Artinya: Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah[30]. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa[31].(QS. Al-Baqarah/2 : 276) [32]

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah/2 : 245).[33]

Mengapa di IIBF mengajarkan shadaqah minimal 10%? Karena anjuran rasul untuk shadaqah 2,5 persen adalah batas miskin, dan apakah kita mau disamakan dengan orang miskin?[34]. Bagi yang mengetahui, infaq dan shadaqah itu sebenarnya tidak ada batasannya, kita dipersilahkan untuk berlomba sebanyak-banyaknya. Presentase itu ada dalam zakat yang bersifat wajib yang dikeluarkan setelah sampai nishab. Dalam pandangan Islam zakat yang harus dikeluarkan itu memang bukan hak kita, tetapi  hak orang lain yang dititipkan Allah kepada kita. Rasulullah Saw bersabda:

حديث حكيم بن حزام رضى الله عنهو خن انبى صلى الله عليه وسلم, قال: اليد العلياخير من اليد السفلى, وابداً بمن تعول, وخير الصدقة عن الظهر غنى, ومن يستعفف يعفه الله, ومن يستغن يغنه الله. (متفق عليه)
Artinya:
Hakiem bin hizam r.a berkata: nabi Saw bersabda: tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah, dan dahulukan keluargamu (orang-orang yang wajib kamu belanjai) dan sebaik-baik sedekah itu dari dari kekayaan (yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri tidak meminta-minta, maka Allah akan mencukupinya , demikian pula siapa yang beriman merasa sudah cukup maka allah akan membantu memberinya kekayaan.[35]


2.      Menabung Minimal 10% Dari Penghasilan.[36]
Dalam suatu hadits Nabi Muhammad SAW berpesan agar menggunakan yang 5 (lima)sebelum datang yang 5 (lima), yaitu ;

وقال النسائي في الكبرى 11832 - عَنْ سُوَيْدِ بْنِ نَصْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُبَارَكِ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ، عَنْ زِيَادِ بْنِ الْجَرَّاحِ، عَنْ عَمْرو بْنٍ مَيْمُونٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: " اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ"[37]
Artinya: Mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,sempatmu (waktu luangmu) sebelum sempitmu (sibukmu),kayamu sebelum miskinmu, dan hidupmu sebelum matimu.

Menabung adalah sebuah perencanaan, ingat rasulullah bersabda bahwa kebaikan yang tidak terencana akan dapat dikalahkan oleh keburukan yang terencana. Kita perlu menabung karena kita merencanakan untuk investasi, investasi membangun masa depan, membangun kekayaan.

Bersedekah minimal 10% dan menabung minimal 10% dari penghasilan yang dimaksud adalah penghasilan pribadi kita, ambilah masing - masing 10% sebelum dialokasikan untuk keperluan yang lain - lain, itulah konsep "pay yourself first" bagi seorang muslim, bayarlah diri kita sendiri dulu dengan disiplin!

          Hidup semurah mungkin.[38]

Rasululullah saw bersabda "Barang siapa (hidup) sederhana, maka tidak akan jatuh miskin", hidup semurah mungkin, simplicity, adalah kunci dari mentalitas kaya yang telah sejak lama diwasiatkan oleh Rasulullah saw. Hidup semurah mungkin lawan katanya adalah Life Style dan boros.

Kekayaan tidak bisa terjadi dengan semata - mata mengandalkan tingginya penghasilan, orang yang penghasilannya meningkat cenderung gaya hidupnya juga meningkat. Kredit konsumtif disana- sini adalah cermin dari mentalitas miskin. Orang dengan mentalitas kaya bisa membedakan antara "kelihatan kaya" dengan "kaya", orang dengan mentalitas miskin tidak bisa membedakannya, mereka bahkan tidak pernah menghitung berapa besar biaya yang harus dikeluarkan, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa melalui semua itu. Allah Swt berfirman:

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid [39], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[40]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. "(QS. Al-A'raf/7 :31)[41]

Jika hidup kita ini diserahkan kepada nafsu yang diperturutkan, pasti tidak akan pernah ada puasnya. Seperti orang yang meminum air laut karena kehausan, maka semakin banyak minum justru akan semakin haus. Untuk itu hidup dan nafsu ini harus dikelola agar tidak terjebak pada gaya hidup yang mengabdi pada pemenuhan nafsu materialis yang tak terpuaskan. Simplicity! Hiduplah semurah mungkin!

         Membiasakan berpikir Investasi 10 Jam dalam Sebulan.[42]
Investasi adalah sebuah pola pikir, sebuah mentalitas paling unggul. Investasikan waktu kita, ivestasikan harta kita! Investasi mengandung makna membangun kekayaan harus dilakukan saat ini untuk dipetik hasilnya nanti. Lawan kata investasi adalah spending.

Membiasakan diri berfikir investasi akan membuat kita memiliki pola pikir untuk melihat peluang, seseorang yang tidak pernah berfikir investasi maka tidak terbiasa melihat peluang, seorang yang terbiasa berfikir investasi akanmenghargai waktu dan hartanya. Orang kaya memiliki pola pikir investasi, orang miskin memiliki pola pikir konsumsi.

Kekayaan akan diperoleh jika kita dengan sadar sedang membangun kekayaan itu; kita serius memikirkannya dan kita serius melaksanakannya, karena yang akan diperoleh manusia itu adalah apa yang difikirkan dan dikerjakannya. Allah Swt berfirman:

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (QS. An-Najm/53 : 39).[43]

Rasulullah ditanya : Kerja apa yang paling baik? Rasulullah menjawab: "Kerja dengan tangan sendiri dan perdagangan yang bersih (jujur)." Ke arah sinilah pemikiran investasi ini kita arahkan. Islam tidak mendidik manusia untuk konsumtif, melainkan harus produktif dan berfikir investasi. Pebisnis yang tidak dengan sadar membangun kekayaan maka kemungkinan besarnya secara tidak sadar sedang membangun kemiskinan!

METODE PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa  peneliti berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperanserta.[44]

3.2  Lokasi Penelitian

Adapun lokasi dari penelitian ini adalah IIBF Banyumas, Banjar Negara, dan Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a.       IIBF merupakan forumnya para pengusaha yang berada di seluruh Indonesia.
b.      Program kegiatannya merupakan program sosial, yaitu untuk membantu para pengusaha dalam praktek bisnisnya, dll.
c.       Purpose, Visi, Misi, dan Value IIBF sangatlah memberikan kontribusi bagi perekonomian indonesia dan kejayaan bangsa indonesia, yaitu: a) Purpose IIBF: IIBF ada untuk membangun kejayaan bangsa dengan kejayaan bangsa dengan menciptakan para pengusaha yang berbisnis sebagaimana pebisnis kelas dunia dan berperilaku sebagaimana muslim yang bertaqwa. b) Visi IIBF: mencetak sejuta pengusaha Indonesia yang kuat pada tahun 2020.[48] c) Misi IIBF[49]:

1.      Melakukan pengembangan keilmuan bisnis yang praktis, efektif, dan sesuai dengan akidah islamiyah.
2.      Menyelenggarakan kegiatan untuk mempererat persatuan anak bangsa dalam membangun agama dan bangsa
3.      Membangun karakter bangsa melalui peningkatan kecerdasan Entrepreneurship, Leadership, dan Spiritual
4.      Mendorong terjadinya gerakan menuju Indonesia Jaya

Value IIBF adalah membagun pengusaha yang berkarakter.
d.      Gerakan Beli Indonesia merupakan gerakan yang dibutuhkan dan diperjuangkan oleh seluruh komponen bangsa ini.
e.       Cetak 1 Juta Pengusaha yang kuat ditahun 2020 adalah untuk memperkuat Mentalitas dan Karakter Bangsa.

3.3  Subjek dan Objek Penelitian

1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama yang dituju untuk diharapkan informasinya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu orang atau apa saja yang menjadi pusat penelitian atau sasaran.[50] Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

  1. Presiden IIBF
Penelitian ditujukan kepada Ir. H. Heppy Trenggono, M.KOM selaku Presiden IIBF, founder dan CEO United Balimuda. Dari beliau diperoleh data tentang Beli Indonesia, Cetak 1 Juta Pengusaha, mentalitas, dll.

  1. Sekjen IIBF
Penelitian ini ditujukan kepada Aswandi As’an yang memiliki informasi yang lebih riil mengenai sejarah, visi-misi, dan perkembangan IIBF. Beliau adalah tangan kanan presiden IIBF yang mulai kenal sejak tragedi hutang 62 milyar Bpk. Ir. H. Heppy Trenggono M. Kom pada tahun 2007.

  1. Pengurus IIBF Daerah
Pengurus daerah merupakan pejuang IIBF yang berada disetiap daerah diseluruh Indonesia. Adapun pengurus daerah yang diminta data oleh peneliti adalah; 1) Ust. Arif, beliau adalah pejuang IIBF daerah Banjar Negara, 2) Irwan Saputra Sugiharto, S.E.,M.Si. beliau merupakan pejuang IIBF daerah Banyumas.

2.      Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.[51] Adapun objek dari penelitian ini adalah  program “Gerakan Beli Indonesia dan Cetak 1 Juta pengusaha” yang dicanangkan oleh IIBF.


PEMBAHASAN

4.1  Peran IIBF Dalam Penciptaan Wirausaha sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia.

Mengapa di Indonesia disebut sebagai negara miskin? Jawaban sederhananya adalah karena sebagian besar penduduknya bukan orang kaya. Sebab sebuah negara disebut negara kaya atau miskin, salah satu indikatornya adalah income perkapita penduduknya. Mengapa penduduk Indonesia banyak yang tidak kaya? Karena jumlah pengusahanya sangat sedikit. Hanya 1,56 % dari jumlah penduduknya, sangat jauh dari syarat minimal untuk sebuah negara maju, 2 %.[62]

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo  mengatakan di negara-negara regional lainnya seperti Malaysia dan Singapura jumlah pengusaha sudah lebih dari 4 persen. Kehadiran wirausahawan juga diharapkan dapat memperbaiki neraca transaksi berjalan. Transaksi berjalan mengalami defisit dalam 9 triwulan terakhir karena Indonesia mengimpor lebih banyak daripada ekspor. Tingginya impor disebabkan oleh permintaan dari kelas menengah yang tinggi. Permintaan tersebut tidak diimbangi dengan penawaran dari sisi domestik. Sekitar 98-99 persen wirausahawan di Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM mampu menyerap 98 persen tenaga kerja di Indonesia. Kontribusinya terhadap GDP sebesar 57 persen.[63]

Fundamental bangsa ekonomi Indonesia sangatlah dibutuhkan peran wirausaha, karena secara gagasan dan pemikirannya sangatlah riil dilapangan. IIBF sebagai forumnya para pengusaha memberikan andil besar dalam sejarah indonesia dalam penciptaan pengusaha/wirausaha, dimana hal itu ter-cover dalam Visi- Misinya.

Gerakan Beli Indonesia merupakan manifestasi dari misi IIBF yaitu IIBF ada untuk membangun kejayaan bangsa dengan kejayaan bangsa dengan menciptakan para pengusaha yang berbisnis sebagaimana pebisnis kelas dunia dan berperilaku sebagaimana muslim yang bertaqwa. Berangkat dari rasa prihatin di kalangan masyarakat Indonesia, terlebih-lebih pada kaum muda yang notabene malu untuk membeli produk dalam negeri. Sekitar puluhan ribu pengusaha tergabung di IIBF ingin ada momentum untuk mencintai produk dalam negeri. Tidak hanya mencintai, tapi juga memproduksinya. Di Indonesia hari ini, pembangunan karakter maupun cinta produk Indonesia hanya sebatas seminar serta seremonial dalam pidato, tetapi tidak di lapangan dan masyarakat. Meredupnya pembangunan karakter membuat bangsa ini lupa pada jati dirinya, tidak memiliki keyakinan diri sebagai bangsa besar dan jaya seperti bangsa lain. Parahnya lagi tidak memiliki nilai-nilai yang jelas untuk dibela. Hampir semua komponen bangsa ini sudah tidak lagi membangun karakter tetapi terseret pada pembangunan brand atau citra.[64]

Kejayaan bangsa ada ditangan penduduknya. Dengan jumlah penduduk 244,814.9 juta jiwa ditahun 2014, artinya Indonesia adalah sebuah negara luar biasa besar. Bangsa lain di dunia ingin Indonesia menjadi konsumennya. Sekaligus negara kita ini ditakuti bangsa lain kalau bisa menjadi produsen. Seperti Cina yang produknya membanjiri di mana-mana karena memanfaatkan potensi satu miliar lebih penduduknya.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Indonesia
Population ProjectionIndonesia Year 2012-2020
(x 1000)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
205,132.0
207,927.5
210,736.3
213,550.5
216,381.6
219,204.7
222,051.3
224,904.9
227,779.1
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
230,632.7
233,477.4
236,331.3
239,174.3
242,013.8
244,814.9
247,572.4
250,342.1
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
253,088.9
255,792.9
258,437.0
261,005.0
263,585.5
266,102.8
268,564.1
270,917.6
273,219.2
Sumber: BPS.[65]

Banyaknya jumlah penduduk merupakan sasaran empuk bagi negara pengimpor yang sudah taken dalam CAFTA 2004, ACFTA (2010) dan AEC 2015.[66] Kesiapan Indonesia ada diatas pundak pemerintah dan pengusaha, pengusaha yang berperan sebagai pemain atas panggung pasar bebas nanti, sehingga Indonesia selamat dari serbuan produk asing sehingga Indonesia bebas dari jajahan negara lain.

Indonesia hari ini berada dalam kepungan produk luar yang membanjiri pasar dalam negeri. Indonesia hanya menjadi sasaran permainan orang lain dan seolah tidak berdaya menjadi pemain di negeri sendiri. Bak sebuah pertarungan, Indonesia saat ini sedang menghadapi seorang petarung yang bersenjata lengkap dengan pakaian pelindung yang rapat, sementara Indonesia sendiri menantang dengan telanjang dada dengan senjata kurang yang memadai. Maka dari itu Gerakan Beli Indonesia merupakan suatu alat untuk menghadapi problematika yang kompleks tersebut.

Komitmen IIBF untuk bangsa yang paling inti adalah Mencetak Sejuta Pengusaha Indonesia Yang Kuat Pada Tahun 2020. Itulah visi IIBF. Dengan berbagai pemikiran dan pertimbangan, visi tersebut melahirkan beberapa program-program jitu untuk melepaskan permasalahan pengusaha/wirausahawan. Kalau Indonesia membutuhkan 2% pengusaha, itupun bukan pengusaha biasa-biasa saja akan tetapi pengusaha yang kuat menghadapi tantangan dan problematika global. Banyak pengusaha indonesia yang tumbang dalam permainan bisnisnya dengan berbagai faktor yang menyebabkannya, baik karena karena skill business-nya, terbelit hutang, dll.

Progam-program untuk penciptaan wirausaha adalah:

1)      One Month Entrepreneure
One Month Entrepreneure (OME) adalah pelatihan bisnis yang didampingi oleh seorang Ambassador,yaitu anggota IIBF yang bertugas melatih dan menuntun menjalankan bisnis.   OME diikuti oleh beberapa kelompok (@5 orang) yang lulus seleksi dan nantinya satu kelompok akan dipilih sebagai pemenang setelah mereka mengungguli kelompok yang lain dalam hal Kekompakan tim, Profit and Sale, Creative Marketing, Financial management, Attitude dan Presentasi.[67]

Semua peserta yang lulus dalam program ini akan diberi  sertifikat dan tanda khusus sebagai anggota IIBF. OME perdana adalah OME semarang yang akan dilanjutkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Dari progress para peserta, Heppy mengatakan   program ini menjadi salah satu menjadi kawah candradimuka para pengusaha kuat Indonesia. Karena ituah Heppy optimis OME ini menjadi langkah awal kebangkitan Indonesia sebagai Entrepreneur Nation.   Untuk meneguhkan tekad dan komitmen Presiden IIBF bersama dengan sejumlah Pengurus dan anggota IIBF, Minggu mendeklarasikan Indonesia sebagai Entrepreneur Nation.[68]

2)      Business Coaching, yaitu pelatihan untuk para pengusaha senior, kata HT, IIBF memiliki program dengan para coach yang dilatih secara khusus dan disertifikasi oleh IIBF pusat.[69] Hal ini termasuk didalam program-program Dept Free Center, yaitu:[70]

Program Pokok
•      Leaders Forum
•      Pengajian Bisnis
•      Lingkaran Inspirasi (Sharing antar Ambassador dan Fighter)
•      Klinik

Program Strategis Daerah
•      Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Gerakan Sosial
•      Komunitas Kesatuan Beli Indonesia
Oleh karena itu, berbagai kegiatan dan program IIBF[71] sangatlah membantu bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan secara otomatis hal ini merupakan fundamental ekonomi indonesia.

4.2              Analisis SWOT IIBF Dalam Penciptaan Wirausaha Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia.
Analisis SWOT ini akan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang mampu dikembangkan untuk mendukung IIBF dalam Penciptaan Wirausahawan  Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Dari sisi internal akan dilihat kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh IIBF . Sedangkan dari sisi eksternal, akan dilihat peluang dan ancaman dari aspek luar.

Faktor-faktor yang akan dianalisis tersebut antara lain:
  1. Faktor Internal
Faktor internal adalah lingkungan yang berada dari dalam IIBF itu sendiri. Faktor inilah yang menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan IIBF itu sendiri, baik yang sudah lampau, kini maupun yang akan datang. Faktor Internal tersebut terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) merupakan faktor-faktor yang berasal dari internal IIBF. Beberapa faktor tersebut dipergunakan untuk mengawasi tingkat berhasil atau tidaknya IIBF dalam Penciptaan Wirausahawan  Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia.

a.       Kekuatan (Strengths)
Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperkuat alasan IIBF dalam Penciptaan Wirausaha Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut :

1. IIBF merupakan kumpulan para pengusaha sehingga bisa berbagi ilmu atau tukar pengalaman (testimoni).
2.  IIBF sangat menjunjung nilai-nilai syar’i bukan brand syar’i, IIBF value-nya adalah dakwah bukan bisnis.
3.  Program sosial Gerakan Beli Indonesia merupakan senjata untuk merangkul semua kalangan untuk merebut kejayaan pasar Indonesia.
4.  Dept Free center dan program-programnya sangatlah membantu pengusaha secara riil dan mendasar, hingga akhirnya nanti pengusaha IIBF adalah pengusaha tingkat dunia yang handal.
5.      IIBF membangun mental dan karakter, yang merupakan aspek penting dalam berbagai hal.

b.      Kelemahan (Weakness)

Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperlemah alasan untuk IIBF dalam Penciptaan Wirausaha Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut :

1.   Belum tersebarnya jaringan secara merata diseluruh kota di Indonesia, sehingga akan memperlambat proses cetak jumlah pengusaha.
2.   Kurangnya sosialisasi pada masyarakat.
3.   Kurangnya pendidikan tentang entrepreneur.
4.  IIBF merupakan wadah pengusaha yang merelakan dirinya (volunteer), sehingga minim jumlah relawan pada Voluntary Business Coach[72].
5.  Belum optimal dalam menggandeng The Fighter[73], sasarannya adalah pemuda, mahasiswa, atau pelajar.

  1. Faktor Eksternal Perusahaan
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak positif ataupun negatif  bagi IIBF, artinya ada yang memberikan peluang dan sebaliknya ada yang memberikan ancaman.

a.       Peluang (Opportunities)
Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang dianggap memberikan peluang terhadap IIBF dalam Penciptaan Wirausaha Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut :

1.    Banyaknya pengusaha yang sering jatuh bangun, baik dalam masalah hutang, skill business, frustasi, dll.
2.    Jumlah penduduk indonesia 244,814.9 juta jiwa ditahun 2014 adalah objek calon pengusaha sehingga dapat menambah porsi jumlah pengusaha.
3.    Pasar bebas ACFTA dan MEA merupakan market area yang luas sehingga perlu dipersiapkan dan ditindak lanjuti.
4.    Gerakan Beli Indonesia merupakan irama yang sama dengan program pemerintah menteri perdagangan untuk Cinta Indonesia.
5.    Dukungan dari masyarakat yang antusias terhadap IIBF dalam Gerakan Beli Indonesia adalah sinyal positif untuk Sustainability-nya IIBF dalam memperjuangkan dan membela Indonesia.

b.      Ancaman (Threats)
Beberapa ancaman terhadap IIBF dalam Penciptaan Wirausaha Sebagai Fundamental Ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut :

1.      Indonesia adalah negara yang taken dalam kerjasama ACFTA dan AEC 2015.
2.      Mental bangsa Indonesia masih didominasi mental miskin.
3.      Akses market masih dikuasai asing.

Tabel 4. Analisis SWOT
Kekuatan (Strengths)
1.    IIBF merupakan kumpulan para pengusaha sehingga bisa berbagi ilmu atau tukar pengalaman (testimoni).
2.    IIBF sangat menjunjung nilai-nilai syar’i bukan brand syar’i, dan IIBF berbicara tentang dakwah bukan bisnis.
3.    Program sosial Gerakan Beli Indonesia merupakan senjata untuk merangkul semua kalangan untuk merebut kejayaan pasar Indonesia.
4.    Dept Free center dan program-programnya sangatlah membantu pengusaha secara riil dan mendasar, hingga akhirnya nanti pengusaha IIBF adalah pengusaha tingkat dunia yang handal.
5.    IIBF membangun mental dan karakter, yang merupakan aspek penting dalam berbagai hal.
Kelemahan
(Weakness)
1.      Belum tersebarnya jaringan secara merata diseluruh kota di Indonesia, sehingga akan memperlambat proses cetak jumlah pengusaha.
2.      Kurangnya sosialisasi pada masyarakat.
3.      Kurangnya pendidikan tentang entrepreneur
4.      IIBF minim jumlah relawan pada Voluntary Business Coach.Belum optimal dalam menggandeng The Fighter[74], sasarannya adalah pemuda, mahasiswa, atau pelajar.
5.      Belum optimal dalam menggandeng The Fighter[75], sasarannya adalah pemuda, mahasiswa, atau pelajar.
Peluang
(Opportunities)
1.     Banyaknya pengusaha yang sering jatuh bangun, baik dalam masalah hutang, skill business, frustasi, dll.
2.     Jumlah penduduk indonesia 244,814.9 juta jiwa ditahun 2014 adalah objek calon pengusaha sehingga dapat menambah porsi jumlah pengusaha.
3.     Pasar bebas ACFTA dan MEA merupakan market area yang luas sehingga perlu dipersiapkan dan ditindak lanjuti.
4.     Gerakan Beli Indonesia merupakan irama yang sama dengan program pemerintah menteri perdagangan untuk Cinta Indonesia.
5.     Dukungan dari masyarakat yang antusias terhadap IIBF dalam Gerakan Beli Indonesia adalah sinyal positif untuk Sustainability-nya IIBF dalam memperjuangkan dan membela Indonesia.
Strategi SO:

1. Mengoptimalkan peran IIBF dalam pengajian  entrepreneure.
2. Mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai ekonomi syariah.
3. Meningkatkan kualitas produk indonesia.
4. menggencarkan gerakan beli indonesia dan optimalisasi peran Dept Free Center.
5. Ekspansi jaringan IIBF ke seluruh pelosok negeri.
Strategi WO:

1.      Memperluas jaringan IIBF
2.      Mensosialisasikan IIBF secara intensif.
3.      Memberikan program-program yang kompeten dan intensif.
4.      Menambah jumlah voluntary business coach
5.      Melakukan kerjasama dengan the fighter.
Ancaman (Threats)
1.      Indonesia adalah negara yang taken dalam kerjasama ACFTA dan AEC 2015, sedangkan kondisi
2.      Mentalitas bangsa indonesia yang masih miskin.
3.      Akses market banyak dikuasai asing.
Strategi ST
1.      Meningkatkan kualitas SDI dan produksi.
2.      Membentuk mentalitas atau karakter bangsa kaya dengan berbabagai program-program yang kompeten.
3.      Bersinergi dalam membangun pasar orang indonesia dengan Gerakan IIBF.
Strategi WT :
1.      Memperluas jaringan IIBF dan menigkatkan kerjasama dengan instansi terkait baik pemerintah maupun swasta.
2.      Mendatangkan motivator yang kompeten.
3.      Mengoptimalkan program-program IIBF.

Berdasarkan analisis swot yang telah dilakukan, maka untuk menciptakan wirausaha sebagai fundamental ekonomi indonesia, maka diperlukan strategi untuk mensukseskannya. Strategi tersebut terdiri dari dua cara:

a.       Strategi internal, yaitu Strategi yang dilakukan dan berasal dari lingkungan internal  komunitas tersebut. Diantaranya:

1)      Memperluas jaringan IIBF
2)      Menciptakan Program yang kompeten dan memaksimalkan program kerja yang sudah ada.
3)      Melakukan sosialisasi tentang IIBF secara menyeluruh.
4)      Menciptakan dan meningkatkan SDI yang berkualitas.

b.      Strategi eksternal, yaitu strategi yang dilakukan dan berasal dari lingkungan eksternal. Diantaranya:
1)      Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait.
2)      Mendukung program pemrintah dalam bidang entrepreneurship dan UMKM.



PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Dengan jumlah penduduk 244,814.9  juta jiwa, artinya Indonesia adalah sebuah negara luar biasa besar. Bangsa lain di dunia ingin Indonesia menjadi konsumennya. Sekaligus negara kita ini ditakuti bangsa lain kalau bisa menjadi produsen. Seperti Cina yang produknya membanjir di mana-mana karena memanfaatkan potensi satu miliar lebih penduduknya. Mentalitas Kaya dan Entrepreneurship merupakan kebutuhan mendasar  bagi indonesia sekarang ini. Apalagi semakin berkembangnya zaman dan dinamika perekonomian akan pasar bebas mendatang menyuruh kita sebagai bangsa indonesia bertindak sebagai pemain, bukan penonton. Sehingga masalah pengangguran dan kemiskinan dapat diselesaiakan.

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, maka untuk menciptakan wirausaha sebagai fundamental ekonomi indonesia, maka diperlukan strategi untuk mensukseskannya. Strategi tersebut terdiri dari dua cara:

c.       Strategi internal, yaitu Strategi yang dilakukan dan berasal dari lingkungan internal  komunitas tersebut. Diantaranya:

1.      Memperluas jaringan IIBF
2.      Menciptakan Program yang kompeten dan memaksimalkan program kerja yang sudah ada.
3.      Melakukan sosialisasi tentang IIBF secara menyeluruh.
4.      Menciptakan dan meningkatkan SDI yang berkualitas.

d.      Strategi eksternal, yaitu strategi yang dilakukan dan berasal dari lingkungan eksternal. Diantaranya:
1.      Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait.
2.      Mendukung program pemrintah dalam bidang entrepreneurship dan UMKM

5.2  Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran untuk IIBF, yaitu:

1.      Memperluas jaringan IIBF
2.      Menciptakan Program yang kompeten dan memaksimalkan program kerja yang sudah ada.
3.      Melakukan sosialisasi tentang IIBF secara menyeluruh.
4.      Menciptakan dan meningkatkan SDI yang berkualitas.
5.      Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait.
6.      Mendukung program pemrintah dalam bidang entrepreneurship dan UMKM.




[1] M. Yuanda Zara, Peristiwa 3 Juli 1946 Menguak Kudeta Pertama Dalam Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Azza Grafika,  2009), hlm. 11.
[2]Heppy Trenggono, Video IIBF Indonesia -Jepang http://www.youtube.com/watch?v=rGMo4zqUBbk, Diupload pada 7 April 2010. Diakses pada hari rabu, 25 Desember 2013 pukul 10.23.
[3] Ibid.,
[5]Kadir Ruslan, Di Balik Lonjakan Jumlah Penduduk Miskin, 2014 http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/01/03/di-lonjakan-jumlah-penduduk-miskin-621922.html diposting pada tanggal 03 January 2014 pukul 19:18 WIB. Dan diakses pada hari jum’at, 03 Januari 2014 pukul  10.47 WIB.
[6]Ibid,.
[7]Heppy Trenggono, wawancara dengan majalah ummi, http://beliindonesia.com/?p=1338 di akses pada hari kamis, 28 Desember  2013 pukul  09. 35 WIB.
[8] Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional April 2013, Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan daerah 2014: Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan. Hlm. 44.
[9] Ibid.,
[10] Ibid., hlm. 45.
[11]Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, BLSM Salah Sasaran, Kepala Desa Dan Lurah Berwenang Aktif Memperbaikihttp://www.setkab.go.id/artikel-9341-.html diposting pada hari kamis, 04 Juli 2013 pukul 22:39 WIB. Dan  diakses pada hari rabu, 08 januari 2014 pukul 10.17 WIB.
[12]Heppy Trenggono, OME: Kebangkitan Indonesia Sebagai Entrepreneur Nations,  http://www.iibf-indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=208:hot-news-9&catid=47:hot-news&Itemid=79, diposting pada hari minggu, 21 Maret 2010 pukul 19:26 WIB. Dan diakses pada jum’at 29 desember 2013.
[13] Berita Resmi statistik. Badan pusat statistik No. 78/11/Th. XVI, 6 November 2013, hlm, 1.
[14] Ibid.,
[15]Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Panduan Program Mahasiswa Wirausaha 2013 (Jakarta: 2013), hlm. 1.
[16] Ibnu Kharis, Local Wisdom Entrepreneurship; Nguri-Uri, Melestarikan, Dan Memarketingkan Banyumasan, Lomba Essay BEMP-EI Stain Purwokerto 2013, hlm. 10.
[17] J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 4.
[18]Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Panduan Program Mahasiswa Wirausaha 2013 (Jakarta: 2013), hlm. 3.
[19]Ibid.,
[20]Jurnas.Com, “2013 Jumlah Wirausaha di Indonesia Ditargetkan 2,5 %, 2013”, http://www.jurnas.com/news/92031 diposting pada hari jum’at, 03 Mei 2013 pukul 23:48:53 WIB. Dan diakses pada hari selasa, 26 Desember 2013 pukul. 11.23.
[21]Avantie Fontana, Kewirausahaan Indonesia Menyambut MEA 2015 ,http://www.avantifontana.com/blog/2013/07/15/kewirausahaan-indonesia-menyambut-masyarakat-ekonomi-asean-2015/, diposting pada tanggal 15 juli 2013, dan diakses pada 26 Desember 2013 pukul 10.56.
[22] Muryuniarsih, Paradigma Rekonstruksi Pemuda Muslim: Mewujudkan Wirausahawan Muda Yang Memiliki Etos Kerja Islami Melalui Pendidikan Pesantren, Karya Tulis Ekonomi Islam TEMILREG Undip 2012.
[23]Sekretariat kabinet Republik Indonesia, Pemerintah Bentuk Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda http://www.setkab.go.id/berita-10696-pemerintah-bentuk-lembaga-permodalan-kewirausahaan-pemuda.html diposting pada hari Senin, 14 Oktober 2013 pukul 08:54 WIB. Dan di akses pada hari kamis, 28 Desember 2013 pukul 14.20.
[24]Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, KEMENDIKBUD, Panduan PKM 2013.
[25]Muchlas Samani & Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 43.
[26]Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 33.
[27] Ebta Setiawan, KBBI offline versi 1.1 dengan  mengacu data dari KBBI Daring edisi III, diambil dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi .
[28] Hasil wawancara dengan Ust. Arif A Syamil pada hari minggu, 5 Januari 2014 pukul 14. 04 di kantor IIBF Dept Free sawangan purwokerto.
[29]IIBF Pocket Book, 4 Disciplines To Success, tanpa tahun, hlm. 32. Lihat pula www.iibf-indonesia.com.
[30]Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya.
[31]Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.
[32]Al-quran in word ver, 1.3 created by Mohamad Taufiq.
[33] Ibid.,                                                                                   
[34] Hasil wawancara dengan Ust. Arif A Syamil pada hari minggu, 5 Januari 2014 pukul 14. 04 di kantor IIBF Dept Free sawangan purwokerto.
[35] Sumber: Lu’lu’ wal marjan hlm. 613.
[36]IIBF Pocket Book, 4 Disciplines To Success, tanpa tahun, hlm. 34. Lihat pula www.iibf-indonesia.com.
[37]Multalqa ahl al-hadits, http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=137028, diposting pada tanggal 13-05-08, 08:52 PM. Dan diakses pada hari rabu, 8 januari 2014 pukul 10.39.
[38] Ibid., hlm. 36.
[39]Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[40]Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
[41]Al-quran in word ver, 1.3 created by Mohamad Taufiq.
[42]IIBF Pocket Book, 4 Disciplines To Success, tanpa tahun, hlm. 38. Lihat pula www.iibf-indonesia.com.
[43] Al-quran in word ver, 1.3 created by Mohamad Taufiq.
[44] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 26.
[45] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5-7.
[46] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), hlm. 41.
[47] Ibid., hlm. 61.
[48]IIBF Pocket Book, IIBF Purpose and IIBF Vision, tanpa tahun, hlm. ii. Lihat pula www.iibf-indonesia.com.
[49]IIBF, makalah presentasi Sekjen IIBF dalam setiap pengenalan IIBF diberbagai tempat. Data terbaru IIBF oktober 2013, hlm. 5. Diperoleh melalui email peneliti yang dikirim langsung oleh bpk.Aswandi As’an (sekjen IIBF) pada hari Jum’at, 10 januari 2014 pukul 10.53.
[50]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 122.
[51] Ibid., hlm. 96.
[52] Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 5.
[53] Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hlm. 22.
[54] Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104.
[55] Sutrisno Hadi, metodologi Reserce, jilid 2 (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 218.
[56] Cholid Norbuko dan Abu Achmad, Metodologi Penelitian, cet. Ke-9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 83.
[57]  Husaini Usman dan Purnomo Setiyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 73.
[58] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91.
[59] Ibid.,
[60]Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), hlm.172.
[61]Alfalisyado, Sharia Insurance Agriculture Pengembangan Ekonomi Masyarakat Indonesia melalui Penerapan Asuransi Sektor Agrobisnis, P3M Stain Purwokerto 2013.
[62]Wihdan, “Hadapi MEA, Indonesia Butuh Lebih Banyak Wirausahawan”, Republika Onlinehttp://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/13/11/20/mwjxrm-hadapi-mea-indonesia-butuh-lebih-banyak-wirausahawan, diposting pada hari rabu, 20 November 2013 pukul 14:50 WIB. Dan diakses pada hari rabu, 27 desember 2013 pukul. 09.15.
[63] Ibid.,
[64]Heppy Trenggono, OME: Kebangkitan Indonesia Sebagai Entrepreneur Nations,  http://www.iibf-indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=208:hot-news-9&catid=47:hot-news&Itemid=79, diposting pada hari minggu, 21 Maret 2010 pukul 19:26 WIB. Dan diakses pada jum’at 29 desember 2013.
[65]Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025, http://www.datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task=view&id=919&Itemid=934 diakses pada hari kamis, 09 januari 2014 pukul 23.47.
[66]Dalam menyikapi perdagangan bebas ini terjadi pro-kontra perjanjian perdagangan bebas asean ini memunculkan brbagai tanggapan mulai dari berbagai pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan cendekiawan. Bagi yang mendukung adanya perdagangan bebas ini karena menganggap perdagangan itu berarti besar bagi geostrategis dan geoekonomis Indonesia maupun negara asia tenggara secara keseluruhan. Lihat Jurnal kajian lemhannas, Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia Guna Menghadapi ACFTA Dalam Rangka Memperkokoh Ketahanan Nasional, edisi 14 desember 2012, hlm. 43.
[67] Heppy trenggono, OME: Kebangkitan Indonesia Sebagai Entrepreneur Nations,  http://www.iibf-indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=208:hot-news-9&catid=47:hot-news&Itemid=79 diakses pada jum’at 29 desember 2013.
[68] Ibid.,
[69] Heppy Trenggono, Ormas Islam Jawa Timur Minta IIBF Segera Membangun Sinergi Perjuangan (25 Mei 2011 pukul 20:07) https://www.facebook.com/notes/heppy-trenggono/ormas-islam-jawa-timur-minta-iibf-segera-membangun-sinergi-perjuangan/225077694170345 diakses pada hari kamis 9 januari 2014 pukul 22.45.
[70] Dept Free Center, makalah presentasi Sekjen IIBF dalam Seminar Cara Cepat Melunasi Hutang, Masjid Darussalam purwokerto (Jl Merdeka, Purwokerto, Jawa Tengah 53116) pada hari Rabu, 25 Desember 2013.
[71] Adapun gambaran umum tentang program-program IIBF,  peneliti cantumkan pada lampiran.
[72] Jumlah voluntary business coach baru 40 di seluruh indonesia.
[73] The Fighter adalah para pengusaha dan calon pengusaha pemula yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa, pelajar, ataupun pemuda lainnya.
[74] The Fighter adalah para pengusaha dan calon pengusaha pemula yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa, pelajar, ataupun pemuda lainnya.
[75] The Fighter adalah para pengusaha dan calon pengusaha pemula yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa, pelajar, ataupun pemuda lainnya.


2 comments for "IIBF: Tanamkan Mental Kaya Untuk Indonesia"