Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tasawuf Sebagai Solusi Kenakalan Remaja


 By: Lutfi Muammar, Intan N. AzizahNasihatul Khasanah
Diolah Dari jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr IAIN Purwokerto

Dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah yang berpusat di Pondok Pesantren Darussalam amaliyyah utamanya adala dzikir,[1] hal ini dikarenakan Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah adalah termasuk Thoriqoh dzikir dimana dzikir menjadi bentuk pengabdian yang khas dan dijalankan dengan istiqomah oleh thoriqoh ini sebagai metode mendekatkan diri kepada Allah SWT.[2] Tetapi sebelum melaksanakan dzikir dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah seseorang terlebih dulu harus melaksanakan Bai’at (janji setia). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah ada dua amaliyah utama yaitu bai’at dan dzikir.

a. Bai’at
Bai’at dalam ranah Thoriqoh adalah janji setia yang diucapkan oleh seorang murid di hadapan mursyid (guru spiritual) untuk menjalankan segala persyaratan yang ditetapkan oleh seorang mursyid dan tidak akan melanggarnya, bai’at juga berisi tentang tuntunan akan amaliyah-amaliyah yang dilaksanakan dalam thoriqoh.[3] Dua hal ini juga merupakan isi dari bai’at dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah yang berpusat di Pondok Pesantren Darussalam. Sebelum melakukan bai’at kepada Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah yaitu K. H Abu Sa’id al-Mubarrok seseorang harus menjalankan beberapa syarat-syarat seperti berikut :

1) Mandi Taubat
Adapun niat mandi taubat adalah :
نويت الغسل للتوبةعن جميع الذنوب ظاهرا وباطنا لله تعالى

2) Sholat Sunat Taubat Dua Raka’at
Adapun niat sholat taubat adalah :
أصلي سنة التوبة مستقبل القبلة اداءا لله تعالى

3) Sholat Sunat Hajat Dua Raka’at
Adapun niat sholat hajat adalah :
أصلي سنة الحاجة ركعتين مستقبل القبلةاداء لله تعالى

4) Sholat Sunat Istikhoroh
Adapun niat sholat istikhoroh adalah :
أصلي سنةالاستخارة ركعتين مستقبل القبلة اداء لله تعالى
5) Membaca Do’a Taubat 3X
Adapun bacaan do’a taubat adalah sebagai berikut :
أللهم إنى أسألك التوبة والإنابة والإستقامة على الشريعة العزاء والطريقة البيضاء

6) Hadiyah al-Fatihah untuk Shulthonul Auliya’ Syaikh Abdul Qodir Jailany
7) Membaca Surat al-Ikhlas Sebanyak 3X
8) Membaca Sholawat Sebanyak 3X
9) Meminta Izin Kepada Syaikh Abdul Qodir al-Jailany

Adapun redaksi dari izin tersebut adalah “ya sayidy Syaikh semoga anda bersedia menerimaku yang akan berbai’at Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah

10) Tidur dengan Posisi Kepala Disebelah Utara dan Miring Menghadap ke Barat
Amalan tersebut dilakukan mulai pada Pukul 00.00 WIB yang sebelumnya harus tidur terlebih dahulu. Kemudian setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi maka bai’at dilakukan setelah subuh oleh guru Mursyid. Bai’at tersebut berisi tentang amaliyah Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah yaitu dzikir jahr (dengan lisan) dan dzikir sirr (dengan hati) beserta tata caranya.

b. Dzikir
Dalam Thoriqoh qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah dzikir merupakan amaliyah utama yang harus dijalankan oleh setiap penganut thoriqoh tersebut, dzikir bagi thiriqoh ini hukumnya wajib bagi mereka yang telah melakukan bai’at. Di dalam bai’at seurang murid di tuntun untuk mengamalkan dua jenis dzikir yaitu dzikir nafi isbat dan dzikir ismi dzat. Dzikir nafi isbat adalah dzikir dengan menyebut kalimat tahlil yaitu “laa ila ha illa Allah” dan dilakukan dengan suara keras atau jahr. Sedangkandzikir ismi dzat adalah dzikr dengan menyebut “Allah, Allah” dengan cara berdzikir didalam hati atau sir.[4] Dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah kedua jenis dzikir ini diajarkan secara bersamaan karena kedua dzikir ini memiliki keistimewaan yang sangat besar, terutamadalam kaitanya dengan pembersihan jiwa (tazkiyatun nafsi) hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang berbunyi :

افضل ماقلت أنا والنبيون من قبلى لااله الا الله
kalimat yang paling utama yang aku katakana dan dikatakan oleh para nabi sebelumku adalah laa ilaha illa Allah” Dan sabda Nabi SAW :
لا تقوم الساعة حتىي قال فى الارض الله الله)رواه مسلم(
“hari kiamat tidak akan sampai terjadi dimuka bumi ini, sampai tidak ada orang yang mengucap Allah Allah” (HR. Muslim)[5]

Dzikir nafi isbat pertama kali dibai’atkan kepada Ali bin Abi Tholib ketika malam hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yatsrib (Madinah) yang selanjutnya dzikir ini dibai’atkan kepada Sayyidina Husain, berlanjut kepada Ali Zainal Abidin dan seterusnya hingga sampai kepada Syaikh Abdul Qodit al-Jailany. Sedangkan dzikir ismi dzat dibai’atkan pertama kali kepada Abu Bakar as-Shidiq ketika menemani Nabi SAW bersembunyi di Gua Tsur dari kejaran kaum kafir Quraisy, yang selanjutnya dzikir ini dibai’atkan kepada Salman al-Farisy, selanjutnya kepada Qasim bin Abu Bakar, selanjutnya kepada Ja’far as-Shadiq hinggasampai kepada Syaikh Baha’uddin an-Naqsyabandy,[6] hingga pada akhirnya dikumpulkan oleh Syaikh Khatib Sambas dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Dzikir ismi dzat dengan lafal “Allah Allah” yang dilakukan dengan lathaif yaitu dzikir yang diperuntukan bagi anggota badan yang halus, di dalam Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah yang berpusat di Pondok Pesantren Darussalam ini merupakan dzikir yang dilakukan dengan tanpa suara oleh tujuh anggota badan yang halus.

Ketujuh lathifah dan tempat-tempatnya adalasebagai berikut :lathifah al-qolbi bertempat di dibawah payudara bagian kiri kira-kira dua jari condong ke kiri, lathifah ar-ruh bertempat di bawah payudara kanan kira-kira dua jari condong ke kanan, lathifah as-sirr bertempat di bawah payudara kiri kira-kira dua jari condong kea rah dada, lathifah al-khofi bertempat di bawah payudara kanan kira-kira dua jari condong kea rah dada, lathifah al-akhfa bertempat di tengah-tengah dada, lathifah an-nafsi an-nathiqoh bertempat di tengah-tengah antara kedua mata dan kedua alis, lathifah al-qolab bertempat di seluruh badan. Kesemua tempat-tempat tersebutlah yang melakukan dzikir ismi dzat dengan cara sir. Dzikir sir ini juga bisa dilakukan setiap saat dengan mengikuti keluar masuknya nafas manusia.[7]

2. Manfaat Dzikir bagi Jama’ah Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah
Dzikir yang merupakan amaliyak pokok dan utama yang merupakan amaliyyah yang istimewa karena merupakan amaliyah yang tersambung silsilah sanadnya sampai ke Rosulullah SAW melalui jalan bai’at dalam Thoriqoh qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah memiliki beberapa manfaat yang dapat dijadikan solusi dalam mengatasi problematika kenakalan remaja. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :

a. Menghidupkan Hati
Menurut penuturan Kiyai Haji Abu Said al-Mubarrok selaku mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah bahwa dzikir itu untuk menghidupkan hati supaya hidup dengan senantiasa ingat kepada Allah, beliau mengibaratkan dengan jam yang jarumnya bergerak terus berarti jam tersebut adalah jam yang hidup, sedangkan jam yang jarumnya tidak bergerak maka jam tersebut adalah jam yang mati. Hal senada juga di ungkapkan oleh Kiyai Asnawi seorang badal Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di desa Glempang, sampan Cilacap,[8] sehingga dzikir merupakan bentuk komitmen dan kontinuitas untuk selalu mengingat Allah.[9]

b. Mensucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafsi)
Jiwa yang senantiasa ingat kepada Allah SWT akan menjadi jiwa yang suci, dan dari jiwa yang suci itu akan muncul perilaku yang suci juga.[10] Perilaku yang suci dapat dilihat dari tujuh anggota badan utama manusia yang digunakan sesuuai dengan amanat Allah SWT memberikan anggota tubuh tersebut, contohnya seperti mata digunakan untuk melihat yang baik-baik, kaki digunakan untuk menuju kearah keridloan Allah, demikian juga telinga, hidung, mulut, tangan, dan hati.[11] Disini terlihat bahwa dzikir dapat memicu manusia untuk bertindak berdasarkan kemanfaatan dan kemaslahatan.

c. Kontrol Diri (Self Control)
Jiwa yang telah suci dari nafsu-nafsu yang dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan tercela tentu butuh dijaga setiap waktu dan di manapun juga agar senantiasa bersih dan melahirkan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, control diri merupakan sikap yang harus dilakukan kapanpun dan dimanapun. Dengan control diri, maka seseorang akan dapat mengendalikan dirinya terutama dalam hal-hal yang melanggar norma agama.
Semoga bermanfaat..
Salam Hangat Jotako7
Jurnal Of Trust And Kaleidoscopic Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane





[1]Hasil observasi partisipatif pada hari Minggu-Senin, tanggal 17-18 November 2013 di Pondok Pesantren Darussalam.
[2]Kharisudin Aqib, Al-hikmah : Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah (Surabaya: Bina Ilmu: 2009) hal. 78.
[3]Amin Syukur, Tasawuf Kuntekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2003) hal. 52.
[4]Hasil observasi partisipatif pada hari Minggu-Senin, tanggal 17-18 November 2013 di Pondok Pesantren Darussalam.
[5]Kharisudin Aqib, Al-hikmah : Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah (Surabaya: Bina Ilmu: 2009) hal.86.
[6]Kharisudin Aqib, Al-hikmah, hal. 84.
[7]Hasil observasi partisipatif pada hari Minggu-Senin, tanggal 17-18 November 2013 di Pondok Pesantren Darussalam.
[8]Hasil wawancara dengan Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah, tanggal 16 November 2013, pukul 08:45 WIB dan hasil wawancara dengan badal kiyai Asnawi, tanggal 11 November 2013, pukul 20:27 WIB di Sampang.
[9]Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan: 2006) hal. 86.
[10]Hasil wawancara dengan jama’ah Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah bapak Tugiman, tanggal 12 November 2013, pukul 20:00 WIB.
[11]Hasil wawancara dengan Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah, tanggal 16 November 2013, pukul 08:45 WIB.

Post a Comment for "Tasawuf Sebagai Solusi Kenakalan Remaja"