Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Muhasabah Nasionalisme


By: Erros Djarot dikutip dari buku “Rapot Indonesia Merah

Saya tertarik dengan permasalahan kondisi bangsa Indonesia yang kini mejadi inti permasalahan segala masalah. Sebenarnya masalah bangsa Indonesia bukanlah masalah politik, ekonomi atau hukum, meskipun di permukaan seakan demikian. yang kita hadapi  sebagai bangsa, intinya adalah “Masalah Budaya atau Kebudayaan”.

Bangsa ini telah kehilangan hal yang sangat mendasar, yakni value of self (nilai-nilai). Bangsa ini telah kehilangan “Karakter”, yakni karakter sebagai negara penggagas dan pejuang.

Selama ini (ketika zaman orba) kita dididik sebagai bangsa penikmat dan diarahkan untuk hidup dalam budaya “Hedonis”. Tanpa kreatifitas yang positif, tanpa ruang yang untuk mengenal jatidiri dan diarahkan secara sistemik hidup sebagai zombie yang gerak geriknya 100% dikendalikan oleh oleh sihir para penguasa.

Makanya bertahun-tahun kita menjadi bangsa bebek, yang setiap melangkah selalu menunggu dan meminta dulu petunjuk bapak presiden. Rakyat diperdaya dan menjadi kumpulan manusia tanpa daya yang kehilangan budaya. Sementara perilaku korup menjadi budayanya para elite penguasa negeri.

Rapot untuk urusan budi pekerti pun nilainya menjadi NOL!

Inti permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah moral, sikap mental, perilaku dan pola pikir yang sudah terlanjur amburadul dan serba menyimpang.

Lihat saja, ada hakim yang korup memalak terdakwa, aparat keamanan dan para birokratnya yang masih saja santai melansir kerja TST (tahu sama tahu) alias sering sogok/suap, ada pengemplang BLBI yang masih bankable dan malah dapat membeli balik aset-asetnya dengan harga jauh dibawah nilai hutang-plus mendapat kredit baru, ada politisi tapi perilakunya bak preman pemalak, ada kepala RT yang memakan santunan kompensasi BBM milik warganya, ada kakek yang memperkosa bocah atau sebaliknya, ada menteri yang naif dan culun, ada pejabat kementrian yang memakan jatah dana subsidi pupuk/bantuan saprotan untuk para petani lemah, tidak adanya satupun pejabat pertanian yang miskin atau rumahnya rusak sementara petani kita selalu saja hidup di garis kemiskinan rumahnya pun banyak yang tak layak huni.

Yang paling dramatik adalah banyak rakyat yang kelaparan di satu sisi, sementara disisi lain para elite senayan bergelimangan uang dan hidup mewah seperti tidak memiliki rasa kepedulian dan rasa perhatian sedikitpun.

Sahabat Jotako7, “Nation and Character Building” inilah yang menjadi masalah inti dalam desain politik kebudayaan yang sangat amat perlu dihadirkan.

Adanya Departemen Pariwisata dan Kebudayaaan, sepertinya masih banyak yang memahami kebudayaan sebatas kesenian atau sejenisnya yang beriringan dengan kepentingan pariwisata. Bukan itu saja! Luas maknanya.

Saya yakini juga, agar permasalahan ini bisa diatasi, seyogyanya kita kembali mengamalkan Pancasila versi 1 Juni dan tidak berkhianat pada UUD 1945. Tapi apakah kita sudah tahu hakikatnya? Yuk! jangan bosan untuk terus menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat.

Salam Hangat Jotako7
Jurnal Of Trust And Kaleidoscopic Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane


Post a Comment for "Muhasabah Nasionalisme"