Hubungan Bank Indonesia Dengan Sektor Pertanian
by: Ibnu Kharis
Salam JOTAKO7, Salam Pemuda Tani!
Beberapa orang merasa aneh terhadap apa yang
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap pengembangan sektor pertanian. Ada
yang merasa BI itu berlebihan terjun ikut campur dalam sektor pertanian, ada
juga yang terheran-heran dengan fungsi BI kan sektor moneter mengapa ngurusin
pertanian segala. Apa hubungannya sih?
Itulah pertanyaan yang muncul beberapa hari
yang lalu tepatnya pada tanggal 09 agustus 2016 oleh pak Afif di group Whats
App (WA) Hazton Indonesia.
Hehe..
Inilah yang disebut out of the box thinking,
berpikir di luar pemikiran orang biasa.
Selang 30 menitan saya lihat di layar
handphone saya ada Pak Djoko Juniwarto sedang mengetik, kira-kira apa ya
jawabannya? Gumam saya dalam hati. Dan masuklah inbox dari pak Djoko:
“Mas Afif, memang ranah tugas BI itu di bidang
moneter, khususnya menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap harga barang, jasa,
dan nilai tukar valas. Masalahnya
kestabilan nilai rupiah itu sangat dipengaruhi oleh kecenderungan kenaikan
harga barang dan jasa dari waktu ke waktu yang dikenal dengan INFLASI”
Saya lihat pak Djoko belum selesai
menjawabnya, ngetiknya dikit-sedikit. Kan kalau nulis langsung banyak kayak
artikel opini kalee.. jarinya juga keriting. Hehe..
Kita lanjut sobat JOTAKO7.. ini jawaban
selanjutnya:
“Salah satu komoditas yang rentan terhadap
Inflasi itu adalah Beras, karena merupakan bahan pangan yang perlu dijaga
supply nya”
Sobat JOTAKO7 kan udah pada tahu ya, kalau ketika
terjadi peperangan antar beberapa negara atau kelompok. Biasanya salah satu
trik agar musuh bisa kalah itu dengan cara memutus ketersediaan bahan makanan
pokoknya.
Nah, di Indonesia itu beberapa waktu yang lalu
pemerintah beserta para pengusaha pemburu rente asyik sekali bermain kran
Impor. Diputer2 seenaknya, buka tutup, buka lagi tutup lagi. Beli beras di
Thailand, beli beras di Vietnam, dan lain-lain.
Ini perlu ekstra hati-hati sob, alias jangan
sampai ketergantungan pangan dengan negara lain. Bisa-bisa mereka main aturan
seenaknya sama Indonesia, sehingga kita jadi takluk dengannya. Wuiihhh seremm.
Belum lagi mata uang rupiah kita jadi anjlok nilainya, karena kita sering
menggunakan mata uang asing dalam kegiatan jual beli impor. Tuhkan, bahaya dan
kita harus ikut mengamankannya dari tuyul Inflasi. So, kita lanjut lagi
jawaban pak Djoko Juniwarto, dia masih ngetik dan ini dah masuk inboxnya:
“untuk itulah BI bersama pemerintah baik di
pusat maupun di daerah melalui TPID atau Tim Pengendali Inflasi Daerah
melakukan berbagai program pengendalian Inflasi. Begitulah pak Afif, sehingga
BI membuat program-program di bidang pertanian”
Oiya,, TPID itu hasil perkawinan antara Putra
BI dengan Putri Pertanian, sehingga menghasilkan keturunan yang dinamakan Dimas
TPID. He he.. ada MoU nya.
Itulah alasan BI masuk dalam sektor pertanian.
Selain menjaga sektor moneter melalui laju inflasi yang harus direm, ini juga
merupakan amanah Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2013 tentang
perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Dengan masuknya BI ke sektor pertanian merupakan hal yang
rasional, karena di dalam tubuh BI ada SDM yang expertise dan cinta pertanian,
salah satunya Djoko Juniowarto. Beliau juga salah satu yang menginisiasi
program RUBUHA alias rumah burung hantu, yang berfungsi melahap tikus sawah yang
berkeliaran menggganggu tanaman pak tani.
Kini jelas sudah status di antara kita,, hehe
BI sama Pertanian ya..
Tetap cinta pertanian, itu adalah denyut nafas
kita.
Post a Comment for "Hubungan Bank Indonesia Dengan Sektor Pertanian"