Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sawah Pemuda: Tumbuhkan Anak Muda Cinta Pertanian

 Sawah pemuda garapan mahasiswa Tarbiah Pertanian IAIN Purwokerto

Bukan hanya teori tapi langsung praktik terjun ke sawah, itulah yang dilaksanakan mahasiswa IAIN Purwokerto saat KKN di desa Kedungpring Kemranjen Banyumas. Saya cukup terinspirasi dari tulisan Singgih beberapa hari yang lalu di Kompasiana yang memberitakan aksi mahasiswa yang terjun ke sawah. 

Teori saja tidak cukup untuk memajukan dan memberdayakan petani, justru dengan menyeimbangkan kedua hal tersebut niscaya harapan tersebut bisa tercapai. Desa Kedungpring merupakan desa yang berada di ujung timur kecamatan Kemranjen, berpenduduk mayoritas petani dan 80% letak geografisnya adalah persawahan. Makanya hal ini dimanfaatkan mahasiswa untuk melakukan inovasi pertanian yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan bagi kesejahteraan petani.

Teori Output dikurangi Input sama dengan margin itulah yang menjadi awal kegelisahan, hampir 71 tahun lamanya Indonesia merdeka belum saja petani sejahtera. Waktu yang bukan singkat untuk menorehkan sejarah pertanian Indonesia, namun dampaknya petani sampai saat ini tidak kemana-mana alias masih kategori pra sejahtera/kaum miskin. Bahkan petanipun berkomentar boro-boro sejahtera, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja masih sulit dipenuhi. Lalu  “kemana saja pemerintah pertanian selama ini?

Setidaknya kalau permasalahan pertanian ini menjadi perhatian bagi semua pihak dan semua pihak tersebut peduli pada nasib petani Indonesia, tentu ini akan menjadi ringan. Ibarat pepatah berat sama dijinjing ringan sama dipikul. Tapi kembali lagi dimana keberadaan masyarakat Indonesia yang peduli dengan petani? Padahal 99% makanan utama warga Indonesia setiap harinya adalah nasi.

Barangkali apa yang difikirkan diatas adalah fatamorgana yang jauh realisasinya. Buktinya saja, selama ini petani bukanlah diberdayakan melainkan dipermainkan dengan serentetan regulasi yang tidak jelas arah keberpihakannya pada petani. Justeru sebalinya, menikam petani secara tragis dengan luka sayatan yang membelenggu dalam aktifitas keseharinnya. Wahai para pejabat, berapa banyak nikmat yang kau dustakan atas nama petani Indonesia.

Meskipun inovasi teknologi, benih unggulan, dan pemenuhan sarana produksi itu telah dikembangkan, petani Indonesia tidak akan bisa maju dan keluar dari kemiskinan. Salah satu problem utama yang menjadikan petani Indonesia masih terperangkap dalam lingkaran kemiskinan sampai saat ini adalah faktor Sumber Daya Insani (SDI) yang masih rendah dan perlu diupgrade.

Permasalahan SDI ini apabila tidak dipecahkan, tentu masalah pertanian tidak akan mungkin bisa selesai dan terus menerus menjadi permasalahan pertanian di Indonesia. Sayangnya berdasarkan pengamatan saya, pemerintah hanya fokus pada pemberian bantuan saprodi seperti benih, traktor, pupuk urea, pestisida kimia, pengembangan jenis varietas unggul, pembenahan irigasi/pengairan dll. Buktinya apakah pertanian di Indonesia sampai saat ini sudah maju dan menggembirakan? Justeru sebaliknnya.

oleh karenanya, apabila ada program mencerdaskan sejuta petani (tapi yang benar-benar intens) tentu akan menjadikan petani Indonesia mandiri. petani mandiri penuh dengan inisiatif dan ketrampilan akan menjadikan pertanian menghasilkan hal yang indah dan semakin diminati banyak orang termasuk anak muda.

Hari ini dengan lahirnya Hazton, pemuda menjadi mulai melirik ke pertanian kemudian mencoba dan terus mengembangkan karena memang benar-benar menghasilkan dan bermanfaat lebih. Saatnya anak muda kembali ke sawah, karena anak muda bisa membawa kreatifitas dan pemikiran cerdasnya membongkar kebiasaan petani lama.

Salam Hazton

Purwokerto, 09 agustus 2016
By: Ibnu Kharis

Mahasiswa IAIN Purwokerto dan juga anggota GenBI Purwokerto

Post a Comment for "Sawah Pemuda: Tumbuhkan Anak Muda Cinta Pertanian"