Kandungan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Quran
Oleh: Mutholaah, M.Pd.
diolah dari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr IAIN Purwokerto
Beberapa nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam konsep reproduksi manusia ada pada al-Qur’an
ada pada surat al-Mu’minun ayat 12-14
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.
Lebih
detailnya adalah sebagai berikut:
1.
Allah Menciptakan Manusia dari Saripati Tanah terkandung
Nilai Karakter Rendah hati, tidak sombong, Keimanan Kepada Tuhan YME.
Sekelompok mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan manausia di sini adalah putra Adam. Mereka mengatakan bahwa air mani
lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun
yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan
yang bersifat nabati, dan tumbuh-tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi pada hakekatnya manusia lahir
dari saripati tanah kemudian saripati itu mengalami perkembangan kejadian
hingga menjadi mani.[i]
Saripati tanah artinya Allah Swt. menciptakan manusia berasal dari seorang
laki-laki dan perempuan, keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Saripati makanan
yang dimakan oleh kedua orang tua
menjadi sperma dan sel telur. Air mani yang berasal dari
saripati tanah, juga mengandung makna bahwa manusia pada akhirnnya akan kembali
pada tempatnya semula, yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah liang lahat.
Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan kembali tinggal menyatu dengan
tanah. Oleh karena itu manusia tak pantas bersikap sombong.
Menurut Raghib Al Asfahani Ia mengatakan, “Sombong adalah
keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya
lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah
sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk
kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun mengesakan-Nya[ii].
Akan tetapi manusia dituntut berperilaku tawad}u’
atau rendah hati sesuai dengan asal mula kejadian manusia dari air mani. Tawad}u’
adalah mengeluarkan kedudukanmu atau
kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Pada hakekatnya tawad}u’
itu adalah “sesuatu yang timbul
karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.” (Ahmad Athoillah, 2006: 448).[iii]
Tawad}u’ adalah kerendahan hati
yang tidak menilai dirinya lebih baik dari orang lain dan tuntutannya adalah
perilaku dan ucapan hormat kepada orang lain. (Mulla Ahmad Naraqi, Mi’rajus
Saadah, halaman 300).[iv]
2.
Hasil Pembuahan Menjadi Segumpal Darah (‘alaqah)
terkandung Nilai Karakter Tolong menolong, Kerja sama, jujur
Secara simbolis ‘alaqah
dapat menggambarkan sifat manusia yang terdiri dari dua dimensi (bidimensional), yakni dimensi jasmani dan
rohani, karena itu manusia harus menjalin hubungan dua arah, yakni komunikasi
vertikal dan horizontal. Yang pertama komunikasi antara manusia dan Tuhannya
(ibadah dalam arti khusus), dan manusia dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya (mu’amalah)[v].
Oleh karena itu manusia merupakan makhluk Tuhan yang bersifat homososial, secara
simbolik kata “alaqah” menggambarkan manusia tidak mampu hidup sendiri selalu
terantung dengan Tuhan dan juga dengan makhluk lain. Hubungan horisontal lebih
sulit di banding dengan hubungan vertikal, karena setiap orang dalam menjalin
komunikasi itu selalu membawa kepentingannya masing-masing dan umumnya mereka
mencintai diri sendiri, untuk itu perlu diletakkan prinsip muamalah.[vi]
Dapat juga dimaknai lain, yakni ketergantungan tersebut dapat menimbulkan rasa
kebersamaan atau gotong-royong yang harus secara langsung selalu terbina dalam
kehidupan komunitas.
Islam adalah ajaran yang bernilai Robbaniyah, yang di
dalamnya terkandung hukum-hukum dan aturan-aturan untuk kemaslahatan umat
manusia. Untuk itu, dalam mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam pun tidak dapat
dilakukan dengan seenaknya saja, melainkan harus mengerti benar mengenai
aturan-aturannya atau aturan pakainya. Untuk perintah saling tolong-menolong
tersebut, Allah swt juga telah memberikan standar aturan pakai yang harus
diikuti dengan baik dan benar.
“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)[vii]
“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)[vii]
3.
Pembentukan Mud}gah Terkandung Nilai Karakter sabar, jujur dan Disiplin
Tahap kedua dari pertumbuhan embrio menjadi mud}gah berada dalam waktu cepat yakni
berkisar antara hari ke 24-26. Tahapan ini ditandai dengan bermulanya
pertumbuhan dan pembiakan sel-sel yang luar biasa. Segumpal daging ini terdiri
dari sel-sel atau jaringan-jaringan yang sudah maupun yang belum mengalami
diferensiasi sehingga telah berwujud makhluk yang telah memiliki organ
sederhana seperti mata, lidah, bibir.
Tahap ini terjadi proses evolusi yaitu perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks menuju kesempurnaan secara bertahap dan
memakan waktu yang sangat lama. Itu semua menandakan kesabaran dan
kedisiplinan, baik dalam waktu (tiap 40 hari) maupun proses perkembangannya. Di
samping itu manusia dalam usaha untuk menghasilkan keturunan juga dituntut
untuk bersabar. Dari urut-urutan/tahapan-tahapan proses terciptanya manusia,
manusia tidak bisa memilih. Artinya manusia tidak bisa menginginkan dilahirkan
dalam lingkungan yang serba ada (kaya) atau sebaliknya. Manusia pasrah/menerima
apa adanya karena ketidakberdayaan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Di
samping itu dari unsur pasrah tadi manusia senantiasa menjadi taat kepada Sang
Pencipta. Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam buku Ikhya ‘Ulumudin bahwa sabar
itu adalah suatu tegaknya dorongan Agama yang telah berhadapan dengan dorongan
hawa nafsu. Suatu sifat yang telah membedakan antara manusia dengan hewan di
dalam hal menundukkan bahwa nafsu itu adalah sifat sabar. Sedangkan dorongan
hawa nafsu itu ialah tuntunan syahwat dan juga keinginan yang minta untuk
dilaksanakan.
Keharusan sabar karena Allah mencintainya, seperti
firman-Nya di dalam, surat Al-Baqarah ayat 146 :
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar". Allah bersama dengan orang-orang yang sabar, dan ini merupakan kebersamaan secara khusus, yang berarti menjaga, melindungi dan menolong mereka, bukan sekedar kebersamaan secara umum, firman-Nya adalah : "Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Anfa>l : 46).[viii]
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar". Allah bersama dengan orang-orang yang sabar, dan ini merupakan kebersamaan secara khusus, yang berarti menjaga, melindungi dan menolong mereka, bukan sekedar kebersamaan secara umum, firman-Nya adalah : "Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Anfa>l : 46).[viii]
Pendidikan nilai dalam
proses tersebut yaitu Sifat Jujur, Jujur dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar disini yaitu benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan.[ix].Hadis Nabi mengatakan :
عن ابي مسعود رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم, عليكم بالصدق, فان الصدق يهدى الى البر, وان البر يهدى الى الجنة, وما
يزال الرجل يصدق و يتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا واياكم والكذب فان الكذب
يهدى الى الفجور, وان الفجور يهدى الى النار, وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب
حتى يكتب عند الله كذابا[x]
”Dari ibn Mas’ud ra, ia berkata : Bersabda rasulullah saw; Wajib bagi memegang teguh perkataan benar, karena perkataan benar membawa kebaikan, dan kebaikan itu mengajak ke Sorga. Seseorang yang senantiasa berkata benar, sehingga dituliskan disisi Allah sebagai orang yang berbuat benar (jujur). Dan jauhilah berkata dusta, karena kata dusta itu membawa kejahatan, dan sessungguhnya kejahatan itu mengajak ke neraka. Seorang pria yang senantiasa berkata dusta, maka dituliskan disisi Allah sebagai pendusta besar”.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang
menentukan status dan kemajuan perseorangan dan msyarakat. Menegakkan prinsip
kejujuran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia
dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain[xi]
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani,
karena tidak ada orang yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada
orang lain dan bahkan orang merasa senang dan percaya terhadap pribadi orang
yang jujur. Pepatah
ada mengatakan “berani karena benar, takut karena salah”. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat az-Zumar ayat 33.
“dan orang yang membawa
kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa.”
Hadis rasul mengatakan :
رحم الله امراء اصلح من لسانه و اقصر من عنانه والزم طريق
الحق مقوله ولم يعود الخطل مفصله.(رواه ابن عدي[xii]
”Mudah-mudahan Allah akan merahmati orang-orang yang memperbaiki lidahnya, memendekkan tali kekangnya, melazimi perkataan-perkataannya dijalan kebenaran dan tidak membiasakan anggota-anggotanya berbuat tidak benar”. (riwayat Ibn ‘Adi).
Nilai kejujuran
merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa
menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur
dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga dapat membentengi diri
terhadap godaan untuk berbuat curang. Begitu pula proses pembentukan mudhgah
menjadi organ-oragan mengandung nilai pendidikan Disiplin, disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam
bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara
yang mudah.
Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan
tumbuhsifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun
belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan
agama dan jauh darisifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya
disiplindan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baikdalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.
4.
Pembentukan Tulang Kemudian Dibungkus Oleh Mud}gah Terkandung Nilai Karakter
Toleransi, Kepedulian Sosial
Peristiwa proses tulang dibungkus oleh daging
menggambarkan nilai karakter kerukunanan. Kerukunan yang dalam bahasa arabnya
disebut dengan kata tawafuqun, tawaddun, ittifaqqul kalimat.
Sedang menurut istilah kerukunan dimaksudkan sebagai satu tata pikir atau sikap
hidup yang menunjukkan kesabaran atau kelapangan dada menghadapi
pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, dan pendirian orang. Sedang dalam istilah
agama Islam, kerukunan itu dinamakan tasamuh (toleransi),
yaitu membiarkan secara sadar terhadap pikiran atau pendapat orang lain.
Orang yang demikian dinamakan toleran. Salah satu contoh melarang memburu-buru non muslim dan dipaksa masuk Islam (al-Baqarah/: 256). Islam menekankan agar muslim untuk berbuat kebajikan terhadap non muslim, kecuali mereka memusuhi Islam (al-Baqarah/2: 190). [xiii] Oleh karena itu tugas pemimpin didalam pemerintah antara lain adalah berusaha menciptakan kerukunan hidup beragama. Kerukunan merupakan perhimpunan yang damai atau persatuan yang menumbuhkan sikap saling menghargai dalam komunitas yang beragam atau etnis yang berbeda-beda.
Ciri kerukunan adalah hidup damai tanpa konflik. Ibaratnya seperti es campur yang bahannya berbeda (es, apukat, kelapa, nangka, susu, coklat, puding dsb) namun menciptakan cita rasa yang nikmat. Kerukunan konteksnya ialah hubungan antar umat beragama. Jadi tujuan kerukunan adalah menciptakan kedamaian sosial yang beragam.
Orang yang demikian dinamakan toleran. Salah satu contoh melarang memburu-buru non muslim dan dipaksa masuk Islam (al-Baqarah/: 256). Islam menekankan agar muslim untuk berbuat kebajikan terhadap non muslim, kecuali mereka memusuhi Islam (al-Baqarah/2: 190). [xiii] Oleh karena itu tugas pemimpin didalam pemerintah antara lain adalah berusaha menciptakan kerukunan hidup beragama. Kerukunan merupakan perhimpunan yang damai atau persatuan yang menumbuhkan sikap saling menghargai dalam komunitas yang beragam atau etnis yang berbeda-beda.
Ciri kerukunan adalah hidup damai tanpa konflik. Ibaratnya seperti es campur yang bahannya berbeda (es, apukat, kelapa, nangka, susu, coklat, puding dsb) namun menciptakan cita rasa yang nikmat. Kerukunan konteksnya ialah hubungan antar umat beragama. Jadi tujuan kerukunan adalah menciptakan kedamaian sosial yang beragam.
Persatuan dan kerukunan umat merupakan awal dan fondasi
terjalinnya ukhuwah (persaudaraan) dalam masyarakat. Dengan kata lain tanpa
adanya persatuan dan kerukunan dalam masyarakat, akan sulit terwujudnya suatu
ukhuwah dalam masyarakat. Baik yang menyangkut ukhuwwah basyarriyah
(persaudaraan kemanusiaan), ukhuwwah wataniyyah (persaudaraan
kebangsaan), maupun ukhuwwah isla>miyyah (persaudaraan sesama
muslim).
Nabi
SAW. Bersabda :
المسلم
للمسلم كا لبنيان يشد بعضه بضا (رواه البخارىومسلم)
Artinya : seorang muslim bagi muslim yang lain bagai suatu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain (HR. Bukhari Muslim).
Makna lain simbol di atas adalah kemandirian dan
Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita). Kemanunggalan antara tulang dan daging
yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang berbeda dengan
yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing.
Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan.
Setiap individu mengalami perkembangan dan berusaha untuk mengenali jati
dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang
lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’ra>f 18
“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT[xiv] Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.[xv]
Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas. Sebaliknya manusia dilaranga bercerai berai. Mentang Larangan bercerai berai Allah berfirman :
Artinya: dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S Al Imron: 103).
Makna lain
proses diatas adalah Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Indu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang
yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa
sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak
benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
KerjaKeras Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang mempunyai
etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja akan selalu
berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan
publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau
memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
5.
Allah menciptakan Makhluk yang Berbentuk Lain (Tahapan
Akhir Penciptaan Manusia Dalam Rahim) Terkandung nilai Karakter Kemandirian,
Percaya diri
Tahap ini
disebut oleh Harun Nasution sebagai tahap materi manusia yang mempunyai daya
fisik, seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, daya gerak.[xvi] Sedangkan
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa kemudian Tuhan meniupkan ruh ke dalam diri manusia sehingga ia
bergerak dan menjadi makhluk lain (berbeda dengan sebelumnya).[xvii]
Dari
keterangan tersebut, jelaslah bahwa proses penciptaan atau reproduksi manusia
sampai bentuknya yang sempurna melalui dua tahapan, tahap pertama yaitu tahap fisik/materi dan tahap kedua yaitu tahap
nonfisik/immateri, yaitu peniupan ruh yang mempunyai dua daya, yaitu daya
berfikir yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat di kalbu. Manusia
terdiri atas dua unsur, yakni materi dan immateri atau jasmani dan Rohani.
Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasad manusia segera setelah sempurna proses
penciptaannya. Allah SWT berfirman,
Maka apabila Aku
telah menyempurnakan
kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku” (QS. Al
Hijr (15): 29).
Menurut Imam Al
Ghazali, maksud dari kata sempurna dalam ayat tersebut adalah ketika sel benih
telah memenuhi persyaratan untuk menerima ruh atau nafs tersebut.[xviii] Menurut Imam Al
Ghazali, ruh adalah panas alam (al-h}ara>rat al-gari>ziyya>t) yang mengalir
pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf. Ruh bukanlah
esensi manusia, karena ia juga ada pada binatang selain manusia.
Ruh adalah pembawa hidup.[xix] Al Ghazali juga menyebut ruh sebagai sejenis uap yang sangat halus berpusat di rongga jantung dan penyebar ke seluruh tubuh melalui syaraf dan pembuluh nadi. Ia bertempat di dalam organ-organ tubuh secara menyeluruh. Melengkapi keterangan di atas, Jalaluddin Rakhmat berpendapat bahwa ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Ruh, lanjut Jalal, berasal dari tabiat Ilahi dan akan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci. Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci.
Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji. Dalam tradisi tasawuf, jiwa muthmainnah digapai manakala seseorang terbebas dari memperturutkan hawa nafsu, lalu menemukan kedamaian dan ketenteraman dalam kebajikan dan kepatuhan kepada Tuhannya.
Ruh adalah pembawa hidup.[xix] Al Ghazali juga menyebut ruh sebagai sejenis uap yang sangat halus berpusat di rongga jantung dan penyebar ke seluruh tubuh melalui syaraf dan pembuluh nadi. Ia bertempat di dalam organ-organ tubuh secara menyeluruh. Melengkapi keterangan di atas, Jalaluddin Rakhmat berpendapat bahwa ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Ruh, lanjut Jalal, berasal dari tabiat Ilahi dan akan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci. Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci.
Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji. Dalam tradisi tasawuf, jiwa muthmainnah digapai manakala seseorang terbebas dari memperturutkan hawa nafsu, lalu menemukan kedamaian dan ketenteraman dalam kebajikan dan kepatuhan kepada Tuhannya.
Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam
sebaik-baiknya kejadian. Kemudian kami kembalikan ia ke derajat yang
serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan
melakukan amal salih” (QS At Tin:
4-6).
Kesempurnaan demikian membuat manusia menempati kedudukan
tertinggi di antara makhluk yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna mengandung nilai Kemandirian
membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung
terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang
memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
demi mencapai keuntungan sesaat.
Pribadi yang berkarakter adalah seseorang yang memiliki
nilai-nilai kehidupan terpuji (Superior Values) dan memegang teguh nilai
tersebut serta diamalkan dalam menjalani kegiatannya. Nilai-nilai utama
kehidupan diperoleh seseorang dari berbagai sumber antara lain adalah agama,
bimbingan keluarga, dan masyarakat. Agama apapun akan mengajarkan nilai-nilai
perilaku kebaikan yang membimbing penganutnya untuk bersikap dan bertindak yang
positif. Hal ini dapat dibuktikan bahwa bila seseorang jauh dari bimbingan
agama maka ia akan cenderung untuk berperilaku negatif.
Keluarga yang harmonis akan memberikan cinta kasih dan
contoh keteladanan bagi putera puterinya. Perhatian dan kehangatan cinta
seorang ibu mampu memberi keseimbangan jiwa bagi anaknya. Perlindungan dan
perjuangan seorang ayah akan memberi inspirasi kepada anaknya untuk senantiasa
mempertahankan kehidupan dengan martabat yang mulia. Keluarga yang retak
(broken home) dapat menimbulkan keguncangan jiwa dan kelemahan hati bagi anak
walaupun ditemukan juga beberapa contoh kecil seseorang yang berhasil walau
tumbuh di lingkungan keluarga yang hancur.
Pendidikan masyarakat terhadap seseorang adalah pendidikan hakiki yang sesungguhnya. Lingkungan yang sehat akan menjadi pondasi dan lahan persemaian benih jiwa yang tangguh dalam menempuh kehidupan. Tatanan kehidupan sosial budaya akan memperkaya pengalaman hidup seseorang dan menjadikannya lebih arif dan bijaksana serta bertoleransi terhadap perbedaan. Ia menyadari bahwa ia berada dalam suatu sistem kehidupan yang multi aspek. Ia akan mampu memberi apresiasi terhadap keanekaragaman sebagai suatu mozaik penuh warna yang indah dan simetris.
Pendidikan masyarakat terhadap seseorang adalah pendidikan hakiki yang sesungguhnya. Lingkungan yang sehat akan menjadi pondasi dan lahan persemaian benih jiwa yang tangguh dalam menempuh kehidupan. Tatanan kehidupan sosial budaya akan memperkaya pengalaman hidup seseorang dan menjadikannya lebih arif dan bijaksana serta bertoleransi terhadap perbedaan. Ia menyadari bahwa ia berada dalam suatu sistem kehidupan yang multi aspek. Ia akan mampu memberi apresiasi terhadap keanekaragaman sebagai suatu mozaik penuh warna yang indah dan simetris.
Pribadi yang berintegritas adalah seseorang yang
mempunyai pendirian dan memegang prinsip. Makna integritas itu sendiri adalah
satunya kata dengan perbuatan. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak
diucapkannya. Perkataannya selalu memiliki nilai tambah. Ia tidak akan
mengenakan sesuatu barang atau apapun yang berharga mahal dan mewah apabila ia
mengucapkan bahwa ia ingin hidup sederhana. Ia tidak sembarangan dalam
mengutarakan pendapatnya. Segala sesuatunya selalu dipertimbangkan dengan
pemikiran dan kebijaksanaan yang matang.
Orang yang berintegritas adalah orang yang sudah memiliki
kepribadian secara utuh. Ia menyadari kebutuhan sesuai dengan proporsinya. Ia
selalu mampu mengendalikan diri dan berada dalam kecukupan serta tidak pernah
berkekurangan atau berkelebihan. Ia memiliki konsep citra diri yang jelas dan
mendapatkan kepribadian utuh melalui proses pembelajaran dari pengalaman hidup
yang dilaluinya. Ia tidak perlu menempuh pendidikan kepribadian ala barat yang
banyak berkembang dewasa ini.
Orang yang berintegritas adalah pribadi matang yang berorientasi pada proses, bukan pada hasil semata. Ia meyakini bahwa bila ia melaksanakan sesuatu sesuai dengan tahapan yang benar dengan cara sebaik-baiknya, maka hasil yang akan diperoleh pasti akan baik pula sehingga melahirkan sikap percaya diri. Sebaliknya bila ia mengerjakan kegiatan dengan proses yang buruk, maka hasilnya juga akan buruk pula. Ia tidak akan tergiur untuk memperoleh hasil yang banyak dengan cara yang cepat dan tergesa-gesa.
Orang yang berintegritas adalah pribadi matang yang berorientasi pada proses, bukan pada hasil semata. Ia meyakini bahwa bila ia melaksanakan sesuatu sesuai dengan tahapan yang benar dengan cara sebaik-baiknya, maka hasil yang akan diperoleh pasti akan baik pula sehingga melahirkan sikap percaya diri. Sebaliknya bila ia mengerjakan kegiatan dengan proses yang buruk, maka hasilnya juga akan buruk pula. Ia tidak akan tergiur untuk memperoleh hasil yang banyak dengan cara yang cepat dan tergesa-gesa.
Salam
Hangat Jotako7
Jurnal Of
Trust And Kaleidoscopical Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane
[i] Ahmad Musthafa
Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV. Toha Putra
Semarang, 1989), hal. 11.
[iii]
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2227414-sifat-tawadhu-berbanding-terbalik-dengan/#ixzz1wQEsX2vd
yang diakses pada tanggal 10 Nopember 2014.
Daftar Pustaka
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, 1989. Terjemah Tafsir
Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra Semarang.
Amin Syukur, 2004. Tasawuf sosial, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fathul Bari.
Hadari Nawawi, 1993. Hakekat Manusiam Menurut Islam,
Surabaya: Al-Ikhlas.
Hamzah Ya’cub, 1983. Etika Islam, Bandung : Diponegoro.
Harun Nasution, 1985. Islam Rasional, Bandung: Mizan.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2227414-sifat-tawadhu-berbanding-terbalik-dengan/#ixzz1wQEsX2vd
yang diakses pada tanggal 10 Nopember 2014.
I.G.A.K. Wardani Jurnal Pendidikan,
vol.10. No.2, September 2009. Pendidikan
Karakter Kajian Konseptual dan Kemungkinan Implementasi,
Tangerang: LPPM-Universitas Terbuka.
Ibn Hajar al-‘Asqalani, 1997. Bulughul Maram, (Penerjemah ( Machfuddin Aladif), Bulughul Maram, Semarang: Toha
Putra.
Ibnu Katsir 2000, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III, Jakarta:
Gema Insani Press.
M. Yasir Nasir, Manusia Menurut
Al-Ghazali.
Mundilarto. 2013. Membangun
Karakter Melalui Pembelajaran Sains: Jurnal Pendidikan Karakter. Juni 2013,
Tahun III Nomor 2.
Sony Susandra, 2003.
Menghilangkan Dikotomi dalam Sistem Pendidikan Islam
denganParadigma Humanisme Relegius, Insania, Purwokerto: Jurnal Alternatif
Kependidika,Vol.
8 No. 2 Mei-Agustus , STAIN.
Sutarjo Adisusilo, 2013. Pembelajaran
nilai-Karakter, Jakarta, Raja Grafindo.
T.M. Hasbi as-Siddiqy, 1998. Al-Islam I, Semarang : Pustaka Rizki Putra.
UU No.20 tahun 2003
tentangUndang-undang Pendidikan Nasional, Jakarta:
Transmedia, 2008.
Post a Comment for "Kandungan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Quran"