Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Karakter Dan Konsep Reproduksi Manusia




Oleh: Mutholaah, M.Pd.
diolah dari Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr IAIN Purwokerto


Latar Belakang Masalah

Perubahan paradigma yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan baru terjadi sekitar tahun 2009-an, di mana Mendiknas menginginkan pendidikan karakter bangsa menjadi fokus dalam pendidikan Nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam RPJPN tahun 2005-2013, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan Nasional, “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila” yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) telah menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[1]

Oleh sebab itu sudah semestinya setiap pendidik dapat memahami bahwa pendidikan karakter bukan pendidikan yang terpisah seperti bidang studi, tetapi pendidikan yang terintegrasi dalam semua kegiatan pendidikan termasuk kedalam pendidikan  bidang studi Pendidikan karakter dapat dikembangkan secara integratif dalam aspek kemampuan melalui penerapan lima dimensi belajar yang dikembangkan oleh Marzano, Pickering dan Mc Tighe  dalam Makalah G.A.K. Wardani yaitu: (1) sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) memperluas dan memperhalus pengetahuan, (4) menggunakan pengetahuan secara bermakna dan, (5) kebiasaan berpikir produktif[2]

Menurut hemat penulis pembelajaran biologi yang diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Quran akan lebih efektif dalam menanamkan pendidikan karakter peserta didik. Ini sejalan dengan pemikiran Kirchensbaum (1995:31) dalam makalah Mundilarto bahwasanya ada 100 cara untuk membangun nilai-nilai moralitas, baik dalam seting di sekolah, maupun di kalangan remaja/pemuda, keseratus cara itu di dikelompokkan menjadi lima kategori besar Yaitu: (1) penanaman nilai, (2) peragaan nilai-nilai dan moralitas, (3) fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, (4) kecakapan pengembangan nilai-nilai dan moral, (5) pengembangan program pendidikan nilai. Penanaman nilaia-nilai, pemodelan/peragaan, fasilitasi dan membangun kecakapan nilai merupakansatu kesatuan dalam pendidikan karakter yang komprehensif. Pendekatan yang kompehensif tersebut secara bersama-sama menggunakan metode tradisional (pengajaran nilai yang bersifat langsung melaui penanaman dan pemodelan) dan metode yang lebih kontemporer dengan pendekatan tidak langsung (memperkenalkan nilai-nilai dan moral dengan cara memberikan kesempatan dan kecakapan kepada anak-anak muda menjadi orang yang mandiri, konstruktif, pengambil keputusan yang efektif dan menjadi warga negara yang baik)[3]

 Pemahaman dikotomis keilmuan dalam pendidikan Islam ini juga  yang diyakini oleh para tokoh dan pemerhati pendidikan Islam merupakan salah satu penyebab kemandegan dan kemunduran peradaban umat Islam.[4]

Penerapan kurikulum 2013 yang berbasis pendidikan karakater menghendaki proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkaan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik[5].Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education) sudah seharusnya kurikulum saat ini memberikan perhatianya lebih pada pendidikan karakter peserta didik dibanding kurikulum sebelumnya.

Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang paling dekat dengan kehidupan manusia dan merupakan bidang studi yang diberikan sejak Sekolah Dasar. Seluruh  konsep pembelajaran dalam  bidang studi biologi kelas XI jurusan IPA adalah mengenai sistem fisiologi hewan dan manusia mulai dari konsep tentang sel, jaringan, organ, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem reproduksi manuasia dan lainnya. Salah satu konsep bahan ajar biologi  adalah reproduksi manusia, dimana konsep ini sangat menarik untuk dipelajari bagi siswa karena reproduksi manusia akan mengungkap proses terjadinya manusia melalui organ-organ yang tergabung dalam sistem reproduksi manusia itu sendiri. Pembelajaran  konsep ini akan lebih bermakna dan tidak menimbulkan kesan porno  diperlukan metode dan konsep yang terintegrasi dengan al-Qur’an, hal-hal yang selama ini dianggap tabu dan sebagian orang awam mengatakan masalah porno menjadi hilang karena dalam mempelajari di dasari atas nilai-nilai kebenaran wahyu/syariat.

Adanya amanat kurikulum 2013 yang menekankan  pendidikan berbasis karakter inilah, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan  sebagai uapaya memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan dengan judul: Pendidikan Karakter Dan Konsep Reproduksi Manusia.

detail mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-quran, segera klik link berikut:http://jotako7.blogspot.co.id/2016/09/kandungan-nilai-pendidikan-karakter.html

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana terdapat pada bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1.     Terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kajian konsep reproduksi manusia antara lain: terbangunnya  Keimanan  kepada Allah,  jiwa sosial,  kerja sama, rendah hati, jujur, membangun  rasa ingin tahu, kritis,  disiplin, sabar, toleran, tolong menolong, menghargai orang lain dan percaya diri.

2.    Integrasi  konsep reproduksi biologi (sekedar ilmu) dengan konsep reproduksi perspektif al-Qur’an dalam pembelajaran dapat lebih bermakna. Karena nash atau ayat Al-Qur’an  dapat dipahami secara tekstual maupun kontekstual, bahkan penggunaan simbol dalam nash juga memiliki makna, pesan moral, sehingga jika konsep reproduksi manusia perspektif al-Qur’an diajarkan kepada siswa secara otomatis karakter siswa dapat terbangun kuat.

3.    Kendala yang dihadapi guru saat pembelajaran disebabkan

a.   Keterbatasan kemampuan guru  karena masih terdapat praktek dikotomi ilmu (ilmu dan agama).

b.   Keterbatasan sumber belajar terutama buku-buku biologi yang menyajikan konsep ilmu reproduksi  perspektif agama.

c.   Keterbatasan  guru dalam menguasai  nilai–nilai agama yang ada dalam a1-Qur’ah dan mengkaitkannya  antara ayat- ayat suci al-Qur’an dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; dalam test sumatif nilai-nilai agama yang terintegrasi tidak dimasukkan dalam soal evaluasi, masih ada anggapan pada guru bahwa integrasi agama dalam pembelajaran hanya menambah beban guru; ada anggapan karena tidak semua siswa itu beragama Islam maka kalau yang dikaitkan itu hanya agama Islam sebagian guru maupun siswa menganggap itu tidak adil .

Saran-Saran

Adapun sebagai saran dari penulis sebelum mengakhiri penulisan ini ada beberapa hal penting, yaitu sebagai berikut :

1.   Perlunya memadukan agama dan sains  dalam pembelajaran di kelas agar  konsep ilmu  yang diterima  oleh siswa memilik nilai pendidikan yang dapat membangun  karakter peserta didik sesuai dengan tujuan Undang-Undang SISDIKNAS.

2.   Sains (Biologi)  sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam perlu segera diolah, dianalisa, dan dijadikan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan ilmu dan nilai agama, agar dekadensi moral yang berkembang saat ini dapat segera dicegah dan perbaiki.

3.   Demi memperoleh hasil yang baik, maka perlu di dalam memberikan pelajaran sains senantiasa diberikan dalil-dalil al-Qur’an sehingga  nilai-nilai kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan dan  mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4.   Perlunya membentuk Ilrnuwan-ilrnuwan Muslim dalam segala bidang ilmu yang mampu menjelaskan kebenaran Islam secara ilmiah dan rasional.

Salam Hangat Jotako7
Jurnal Of Trust And Kaleidoscopical Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane





Endnotes
[1] _______,UU No.20 tahun 2003 tentangUndang-undang Pendidikan Nasional , (Jakarta: Transmedia, 2008), hal.5.
[2] I.G.A.K. Wardani Jurnal Pendidikan, pendidikan Karakter Kajian Konseptual dan Kemungkina Implementasi, (Tangerang: LPPM-Universitas Terbuka, 2009), vol.10. No.2, September .
                [3] Mundilarto, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains, yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Karakter, LPPMP UNY , Tahun II, Nomor 2, Juni 2013.
[4]Sony Susandra, Menghilangkan Dikotomi dalam Sistem Pendidikan Islam denganParadigma Humanisme Relegius, Insania (Purwokerto: Jurnal Alternatif Kependidika) Vol. 8 No. 2 Mei-Agustus , STAIN, 2003), hlm. 141.
[5]Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran nilai-Karakter, Jakarta, Raja Grafindo,2013, hal.87.

Post a Comment for "Pendidikan Karakter Dan Konsep Reproduksi Manusia"