Mancing Itu Bikin Happy Loo
By: Ibnu Kharis
Waktu kecil saya
suka mancing di sungai. Orang Tua tahu kalau saya suka banget mancing. Tetapi
demi keamanan dan keselamatan jiwa (safety katanya) saya selalu saja
dibatasi untuk mancing. Saya hanya diperboehkan mancing di beberapa spot saja
yang menurut mereka aman terkendali. Tentunya juga durasi mancing yang
tertentu.
“Mancingnya jangan
kelamaan, Asar dah di rumah lo ya..” pesan mereka padaku.
Aku mancing hampir
seminggu 3 kali, sisanya main bola di ladang tetangga yang sekarang sudah
direbut orang kota menjadi Pom Bensin Pageraji. Hobi mancing yang tumbuh sejak
belia tersebut ternyata terus tumbuh di usia remajaku. Meski terselubung dan “terlarang”
(karena saya SMP-SMA di sebuah pesantren yang lumayan ketat), saya selalu bisa
melancarkan aksinya untuk mancing.
Pacitan, kota seribu
goa itu adalah daerah dimana aku mulai menggilai dalam dunia pancing. Kota itu
unik, istimewa, dan damai. Saya menemui banyak maniak pancing mulai kelas kali
hingga kelas samudra. Spot yang natural, menantang, dan menyimpan sejuta ikan
target itulah yang membuat para pemancing betah di sana.
Aku mengawali
ekspedisiku sebagai pemancing dari sungai kecil di belakang asrama. Betik
adalah ikan yang sering aku jumpai dengan ukuran kecil hingga gede kayak Melem.
Ia mampu bertahan hidup 3 hari di daratan, dagingnya enak meski bersisik tebal.
Biasanya ikan ini hidup di cekungan air yang tidak terlalu dalam namun tenang.
Hanya bermodalkan Joran dari batang pohon salak atau dari bambu, aku bisa
membawa pulang hampir 7 ons- 1 kg ikan kecil seperti betik, udang, melem, dll.
Biasanya aku
berangkat memancing setelah pulang sekolah (sebelum dzuhur) dan pulang
menjelang maghrib sekitar pukul 16/17.00. Karena bila melewati waktu itu, aku
bisa tertangkap kemanan dan kena hukuman keler. Beruntung sekali Karena
selama hampir tujuh tahun disana aku tidak pernah dihukum, alhamdulillaaah.
Ikan hasil tangkapan pancinganku bersama kawanku yang asalnya dari Jambi,
dimasak habis maghrib di kendilan (dapur) belakang asrama. Ikan itu gurih,
dan crispy berbalut bumbu pedas racikan temanku Yudhi kingkong asal lampung.
Malam itu aku ceria bersama mereka hingga pukul 21.00. Karena setelah itu kami
ada jadwal Takror atau belajar bersama hingga pukul 23.00.
Karena aku termasuk
anak yang tidak begitu serius banget sama pelajaran, sesaat kalau sudah
malas/ngantuk belajar. Aku suka bercerita ngalor ngidul, dan ketemunya bikin
agenda apa buat besok. Salah satunya mancing. temanku namanya Ahmad Soleh (baik
banget kan namanya) tapi sepanjang hidupnya di pesantren taka da satupun santri
yang tau Ahmad Soleh. Dia suka dipanggil dengan Bowox. Semua teman-temannya
baik santri putra atau santri putri hanya tahu dia bernama Bowox. Dia lumayan
agak malas sekolah, tapi dia suka mengabdi langsung pada sang Guru. Hingga ia
beberapa kali disiarkan melalui pengeras masjid bahwa Ahmad Soleh melanggar
aturan (kena hukuman), maka gak ada temannya satupun yang tahu bahwa dia adalah
Bowox. hahaa,, Aneh tapi nyata.. Dia aman dari rasa malu..
Singkat cerita dia
suka membuat schedule/event mancing bulanan/mingguan. Selagi kami bisa keluar
dengan aman kita mancing. Mulai di Sungai besar hingga ke beberapa pantai di
Pacitan.
Pernah suatu ketika,
kita agendakan pasang pancing di sekitar 15 Spot di malam hari. Sorenya sebelum
maghrib kita siapkan joran, senar, dan pancingnya disertai pakanya berupa katak
kecil. Kita hanya tncapkan joran itu di tanah pinggir sungai, sedang malamnya kita
santai seperti biasa. Namun pagi setelah shalat subuh kita harus bergegas ke
sungai dimana 15 joran kita sudah dipanjer. Oh ternyata,, hampir 7 jorannya
sudah memberontak keras di permukaan air. Setelah kita angkat, walau tidak
strike, namun kita dapatkan ikan gabus (jw: kutuk) dengan berat rata-rata 5
ons-1 kg. Lwar byazaa.. kita tenteng ikan itu ke asrama dengan bangga dan hati
gembira..
Itu kalau saat kita
mujur, namun disaat tidak mendukung baik cuaca maupun kondisi, hanya 1-2 ekor
saja kita dapat. Karena kalau tidak karena ikannya lepas, ikan itu sudah
dilepas oleh orang kampung sekitar atau dicuri duluan. Oh sedihnya..
Aku dan
teman-temanku hampir liburan bulanan/liburan cawu (bukan semester yang di sana
terapkan) ke pantai terdekat, seperti Teleng Ria, Srau, Klayer, dan lain lain.
Biasanya kami rombongan jalan-jalan ke kota/pantai saat liburan tersebut.
Lagi-lagi karena mancing adalah bagian dari jiwa kami. Seperangkat
Walesan/Joranpun dibawa. bagi yang tidak punya biasanya pinjem ke temannya yang
punya atau ke orang kampung kenalannya. Teman kami yang paling maniak mancing
di air Samudra adalah Anas Tuwex asal Boyolali. Ia terkenal sebagai penggila
pancing. Karena di saat kiriman uang bulanan kami hanya 300.000-400.000, si
Anas Tuwex sudah bisa membeli “sendiri” Joran pancing seharga 1.5 Jutaan.
itupun belum dengan senar, pancing, pakan dan lainnya yang tak kalah premium
itu. Weeewww..
Kita coba-coba di
dermaga, menikmati luasnya samudra, sambil bercanda tawa, dan melihat teman
kami yang memancing. Kadang gantian, kalau si teman umpannya tidak ditarik sama
ikan target. Setengah jam, satu jam, dua jam, euhh lamaa gak dapet akhirnya ada
yang bosan lalu pergi menceburkan diri ke laut di kedalaman yang dalam
(dermaga). hahaa mungkin prustasi, tapi itu happy..
Ternyata setelah
kita asyik renang, kita melihat di dekat Anas tuwex sudah ada se ekor ikan
besar ukuran 2-3 kg an. Amaziing nas… kita pesta ya.. haha aku yang masak..
Itulah asyiknya mancing, bikin kita jadi happy.. Yuk Mancing!!
Post a Comment for "Mancing Itu Bikin Happy Loo"